TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sebanyak 13 badan usaha milik negara (BUMN) di bawah Holding Perkebunan Nusantara akhirnya melebur menjadi dua sub holding.
Kedua sub holding tersebut adalah PalmCo dan SupportingCo. Keduanya terbentuk pada Jumat (1/12/2023).
Sub holding PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.
Baca juga: PTPN Holding Hibahkan Laboratorium Riset Pengolahan Kelapa Sawit Mini ke IPB
Sementara sub holding SupportingCo dibentuk melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I. Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, menyampaikan merger PTPN Group merupakan salah satu skema yang dijalankan oleh Kementerian BUMN.
Salah satu tujuannya untuk efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan serta operasional Perseroan.
"Tentunya setelah pendandatanganan ini akan ada integrasi sistem, HR, operasional, keuangan, dan sebagainya, yang kita usahakan bisa selesai dalam waktu enam bulan. Setelah itu kita harus kembali fokus ke tugas masing-masing,” ujar Kartika dalam siaran pers yang disiarkan Jum'at (1/12).
Wakil Menteri BUMN yang akrab disapa Tiko ini melanjutkan, aksi korporasi yang dilakukan PTPN Group merupakan transformasi menyeluruh. Termasuk dari sisi people atau Sumber Daya Manusia (SDM). Dia menekankan agar ke depan, para pegawai, khususnya milenial, bisa menjadi lebih andal untuk mengelola perusahaan sawit.
"Kita ingin transformasi dari sisi people-nya benar-benar terlihat. Bagaimana transformasi ini bisa menjadilkan PalmCo menjadi perusahaan sawit terdepan, bukan hanya dari on-farmnya, tapi juga off-farm untuk bisa melakukan downstream, value creation, termasuk renewable energy yang sustainable,” tambah Tiko.
Hal ini juga penting lantaran tantangan yang kerap muncul dalam merger perusahaan adalah terkait integrasi SDM. Namun, hal ini dinilai tidak menjadi kendala di PTPN Group karena mendapat dukungan dari serikat pekerja. Tiko berharap kekompakan bisa tetap terjaga dan tidak akan ada gejolak yang mengganggu kinerja perusahaan.
Baca juga: Holding Ultra Mikro Luncurkan Aplikasi SenyuM Mobile Dalam Rangka Menyambut Bulan Inklusi Keuangan
"PalmCo akan fokus meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit. Selanjutnya, untuk bidang energi seperti biogas, biodiesel sustainable efficient fuel, dan produk lainnya juga akan menjadi perhatian perusahaan,” terang Tiko.
Sebagai informasi, pembentukan PalmCo dan SupportingCo merupakan implementasi dari Program Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian, khususnya di bidang ketahanan pangan dan energi. Integrasi PTPN Group juga merupakan bentuk dukungan perusahaan dalam memperkuat ketahanan ekonomi untuk melalui hilirisasi sektor pangan.
Termasuk untuk mengembangkan wilayah dalam mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan melalui Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Juga membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim melalui akselerasi pengembangan energi terbarukan.
PalmCo diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600 ribu hektare pada 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia.
PTPN dipercaya mampu berkontribusi meningkatkan produksi CPO nasional dan minyak goreng dalam negeri. PTPN memperkirakan, produksi minyak gorengnya akan meningkat dari 460.000 ton/tahun di 2021 menjadi 1,8 juta ton/tahun (4 kali lipat) di 2026.
Sedangkan SupportingCo akan menjadi perusahaan pengelola aset perkebunan unggul. Mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha lainnya, serta green business yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani menyampaikan aksi korporasi berupa restrukturisasi pembentukan Subholding PalmCo dan SupportingCo, menyusul terbentuknya SugarCo pada 2021 lalu. Langkah ini merupakan upaya untuk terus tumbuh dan berkembang serta berkontribusi maksimal.
“Integrasi PTPN Group melalui pembentukan PalmCo dan SupportingCo merupakan strategi korporasi guna menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Integrasi ini memperkuat posisi perusahaan karena memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, dimana perusahaan didukung dengan pemanfaatan sumber daya lahan, SDM, inovasi teknologi, serta digitalisasi yang unggul,” kata Ghani.
Subholding pun telah menyiapkan berbagai strategi untuk dapat meraih tujuan tersebut. Di antaranya memaksimalkan nilai aset landbank untuk mendapatkan nilai tambah, peningkatan margin EBITDA dalam lima tahun mendatang, peningkatan ESG dan ketahanan pangan, peningkatan ekuitas, hingga peningkatan leadership. “Tentunya fokus bisnis yang semakin kuat,” tambah Ghani.
Sebagai salah satu upaya dalam meraih peningkatan ekuitas, lanjut Ghani, inisiatif-inisiatif Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi salah satu indikator penting dalam perlindungan nilai perusahaan.
Dalam laporan Sustainalytics, sebuah agensi rating ESG internasional yang dipublikasikan pada awal Juli 2023, PTPN III (Persero) mendapat ESG Risk Rating sebesar 17.1 (low risk).
Capaian tersebut menempatkan perusahaan pada risiko rendah terkait dampak finansial yang signifikan dari faktor-faktor ESG.
Ghani mengklaim bahwa transformasi PTPN Group selama tiga tahun terakhir yang berdampak signifikan pada peningkatan kinerja operasional dan finansial, tidak terlepas dari inisiatif-inisiatif ESG yang diterapkan.
“Dalam menjalankan seluruh bisnis dan aktivitas operasionalnya, Perseroan senantiasa memastikan produk yang dihasilkan tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga memiliki dampak terhadap sosial dan lingkungan,” tutup Ghani. (Ridwan Nanda Mulyana )