TRIBUNNEWS.COM - Digitalisasi pembayaran kini sudah merambah ke Pasar Gede Solo, pasar tertua di Kota Bengawan.
Para pengunjung yang mulai terbiasa dengan sistem pembayaran cashless atau nontunai tidak perlu khawatir untuk berbelanja di pasar tradisional yang sudah ada sejak 1930 ini.
Pedagang di Pasar Gede Solo sudah banyak yang melayani pembayaran melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Seperti Toko Mulia Baru yang menyediakan aneka kue, roti, dan bahan makanan.
Pemilik toko, Andi, mengatakan sudah dua tahun ini tokonya melayani pembayaran melalui QRIS dari BRI.
"Sudah banyak pengunjung yang membayar dengan QRIS, praktis dan lebih mudah," ungkap Andi saat dijumpai Tribunnews, Rabu (6/12/2023).
Andi menyebut dalam sehari setidaknya ada 10 transaksi pembayaran melalui QRIS.
Tidak hanya anak muda yang melakukan pembayaran melalui aplikasi mobile banking BRImo itu.
"Campur ya, yang muda yang tua sudah banyak yang pakai," imbuhnya.
Menurut Andi, hadirnya QRIS di tokonya mampu meningkatkan pelayanan dari segi pilihan metode pembayaran.
"Jadi mau bayar tunai oke, nontunai juga tersedia," ucapnya.
Baca juga: Layanan BRI-UNS Corner: Nugas Nyaman, Urusan Perbankan Jalan
Senada dengan Andi, pedagang makanan ringan oleh-oleh khas Solo, Sumiyati, juga sudah dua tahun ini melayani pembayaran menggunakan QRIS.
"Mulai ada pembayaran QRIS dari BRI itu pas pertengahan pandemi Covid-19," ujar Sumiyati.
Sumiyati menjual oleh-oleh khas Solo seperti intip (kerak nasi) dan rengginang, makanan sejenis kerupuk tebal yang terbuat dari beras ketan yang dibentuk bulat.
Berlokasi di sebelah kiri pintu masuk utama pasar, lapak Sumiyati kerap disambangi wisatawan.
"Banyak pengunjung dari luar kota yang bayar pakai QRIS, tinggal klik langsung masuk ke rekening saya," ujarnya.
Hampir setiap hari ia mendapat pembeli yang membayar dengan QRIS.
"Rata-rata 10 transaksi ya, tapi kalau pas libur bisa 20 kali," ujarnya.
Ia juga mengatakan sistem pembayaran QRIS tidak hanya dilakukan kaum muda.
"Yang umur 20-an ada, sampai umur 50-an juga ada, sudah canggih sekarang," ungkapnya.
Beli Dawet Juga Bisa Pakai QRIS
Untuk diketahui, Pasar Gede juga terkenal dengan ragam kuliner legendaris khas Solo.
Seperti contohnya es dawet telasih Bu Dermi, yang sudah ada sejak tahun 1930-an.
Usaha es dawet Bu Dermi saat ini dikelola oleh Ruth Tulus Subekti, generasi ketiga atau cucu sang perintis.
Semangkuk es dawet Bu Dermi berisikan cendol, selasih, ketan hitam, dan jenang sumsum.
Es dawet Bu Dermi dibanderol Rp 12.000 per porsi dan bisa dibayar menggunakan QRIS.
"Biasanya pengunjung dari luar kota atau anak muda membayar dengan QRIS itu," ungkapnya.
Tanggapan Pengunjung
Tegar, pengunjung Pasar Gede dari Sragen mengaku terkesan dengan kemajuan digitalisasi pembayaran nontunai di Pasar Gede.
Ia tak perlu repot merogoh kocek untuk berbelanja di Pasar Gede.
"Kebetulan saya pakai BRImo, jadi nyaman tinggal langsung scan," ujarnya.
Ia berharap digitalisasi pembayaran nontunai di pasar-pasar tradisional makin berkembang.
"Sekarang kalau nontunai rata-rata kan di mal, semoga pasar tradisional lain bisa ikut melayani pembayaran pakai QRIS," harapnya.
Langkah BRI Fasilitasi Pembayaran Nontunai di Pasar Gede
Dihubungi terpisah, Pimpinan Cabang BRI Solo Sudirman, Mustofa Adi, mengatakan BRI bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta memberikan branding serta fasilitas QRIS dan Electronic Data Capture (EDC) Merchant kepada seluruh para pedagang sejak 2021.
"Pasar Gede merupakan salah satu heritage atau cagar budaya Kota Surakarta, jadi ikon wisata Kota Solo."
"Itulah mengapa kami BRI memberikan fasilitas EDC dan QRIS kepada kurang lebih 600 pedagang baik di dalam maupun di luar pasar," ungkap Mustofa saat dihubungi Tribunnews.com.
Pemberian fasilitas ini bertujuan menyosialisasikan program pemerintah membiasakan pembayaran nontunai kepada masyarakat.
"Sehingga masyarakat Solo dan wisatawan tidak perlu membayar cash, bisa pakai QRIS BRI," ungkap Mustofa.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)