News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nilai Tukar Rupiah

Jelang Putusan The Fed, Rupiah Ditutup Melemah di Posisi Rp15.660 per Dolar AS

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer, Jakarta Pusat. Data Bloomberg menunjukkan, hari ini rupiah melemah 40 poin (0,25 persen) dari Rp15.606 kini Rp15.660 per dolar Amerika Serikat (AS).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah melemah saat penutupan perdagangan Rabu (13/12/2023) sore.

Data Bloomberg menunjukkan rupiah melemah 40 poin (0,25 persen) dari Rp15.606 kini Rp15.660 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi menilai, pasar tetap yakin bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada hari Rabu nanti. Namun pasar tenaga kerja yang kuat dan angka inflasi yang tidak stabil menimbulkan ketidakpastian mengenai prospek bank sentral pada tahun 2024.

Baca juga: Sore Ini, Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis di Level Rp15.621 per Dolar AS

"Nonfarm payrolls meningkat lebih dari perkiraan pada bulan November, sementara inflasi konsumen meningkat dan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen," terang Ibrahim di Jakarta, Rabu (13/12/2023).

Sedangkan, lanjut dia, para pedagang terlihat mengurangi pertaruhan terhadap penurunan suku bunga pada bulan Maret, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Ketua Fed Jerome Powell dapat mengulangi retorika bank yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Setiap sinyal hawkish dari The Fed kemungkinan akan memicu penurunan tajam aset-aset yang didorong oleh risiko, yang telah meningkat tajam selama sebulan terakhir di tengah optimisme terhadap poros The Fed.

Harga dana berjangka Fed menunjukkan peluang 43 persen penurunan suku bunga pada bulan Maret, turun tajam dari 60 persen yang diperkirakan pada minggu lalu.

Dari dalam negeri, pasar terus memantau komentar-komentar dari para ekonom, yang terus memberikan komentar positif tentang pertumbuhan ekonomi di tahun 2024. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi lebih lambat pada tahun politik 2024, akan berada di kisaran 4,9-5 persen dibandingkan tahun ini yang diprediksi 5 persen.

"Salah satu penyebabnya karena tahun depan ada Pemilu yang membuat semua pihak berhati-hati hingga berbagai kondisi negara maju yang masih mengalami kontraksi," tambah Ibrahim.

Selain itu, yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan adalah harga komoditas yang melemah, seperti harga minyak mentah, minyak kelapa sawit, batu bara, hingga logam dasar.

Kemudian, konsumsi domestik diperkirakan melemah karena upah yang belum naik signifikan. Hal ini membuat kalangan menengah bawah akan menahan konsumsi, tercermin dengan menurunnya penjualan kendaraan bermotor dan rumah.

Lalu, inflasi umum diprediksi turun pada 2024. Inflasi tahun depan diprediksi di angka 2,5-3 persen. Namun, yang menjadi masalah adalah kenaikan harga pangan yang menyebabkan inflasi pangan akan lebih tingggi.

Konsumsi rumah tangga stabil akan cenderung melemah, investasi relatif stabil karena perlambatan karena faktor tahun politik diredam dengan kebijakan hilirisasi, ekspor melemah karena surplusnya menipis, belanja pemerintah menguat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini