News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Mengenal BDS, Gerakan Boikot yang Buat Perusahaan Pro-Israel Merugi Miiaran Dolar AS

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gerakan Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) terhadap Israel dan para pendukungnya.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Gerakan Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) terhadap Israel dan para pendukungnya, kini mulai menggema di berbagai belahan negara. Hingga membuat sejumlah brand kenamaan dunia yang terafiliasi dengan Israel dilanda kebangrutan massal.

Seruan boikot yang dilakukan oleh generasi muda melalui jejaring media sosial seperti TikTok diterapkan sebagai sanksi bagi Israel.

Dengan menjegal bisnis perusahaan atau organisasi yang terafiliasi agar mereka, warganet berharap cara ini dapat menekan Israel dari segi ekonomi, sehingga negara tidak dapat lagi membiayai operasional angkatan militernya dan menghentikan agresinya di Jalur Gaza.

Mengutip dari Al Jazeera, kampanye BDS terhadap Israel sudah lahir jauh sebelum pecahnya gempuran Hamas dengan Israel pada 7 Oktober lalu. Gerakan ini tercetus sejak Juli 2005, terinspirasi dari gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan.

Baca juga: Boncos Rp 186 Triliun Gegara Boikot, Starbucks PHK Karyawan dan Tutup Belasan Gerai

Awal dibentuk kampanye BDS dikoordinasikan oleh Komite Nasional BDS Palestina (BNC) dan diikuti oleh lebih dari 170 organisasi dan lembaga non-pemerintah Palestina.

Namun seiring berjalannya waktu, BDS kini menjadi gerakan global yang diinisiasi oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk serikat buruh, asosiasi akademis, dan organisasi hak asasi manusia.

Macam-macam BDS

Secara garis besar Gerakan boikot yang dilakukan BDS Movement dibagi menjadi empat bagian, yakni consumer boycott targets, divestment targets, pressure (non-boycotts) targets, dan organic boycott targets.

Sasaran pertama consumer boycott, gerakan ini sepenuhnya menyasar sebuah produk. Dengan menjalankan consumer boycott masyarakat dianjurkan untuk tidak membeli produk tersebut karena karena rekam jejak perusahaan pemilik produk telah terbukti mendukung Israel

Beberapa perusahaan yang termasuk dalam kategori boikot ini diantaranya adalah Siemens,, Carrefour, AXA, Hewlett Packard atau HP, dan lainnya.

Sasaran kedua divestment targets yakni dengan menekan pemerintah, institusi, dan lembaga investasi untuk mengeluarkan investasinya (divestasi) dari perusahaan-perusahaan yang terbukti terlibat mendukung pendudukan Israel terhadap Palestina.

Contoh perusahaan yang menjadi sasaran divestment targets diantaranya HD Hyundai, Volvo, Barclays, Chevron, CAF, dan lain-lain.

Sasaran ketiga pressure (non-boycott) targets, gerakan ini menyerukan dukungan pada sebuah produk atau layanan untuk mengakhiri kerjasamanya secara langsung dengan Israel.

Adapun beberapa perusahaan yang menjadi korban Gerakan pressure (non-boycott) targets diantaranya Google, Amazon, Airbnb, Expedia, dan Disney.

Terakhir, organic boycott targets. Gerakan BDS ini sebetulnya tidak menyasar perusahaan-perusahaan tertentu untuk diboikot. Namun karena perusahaan tersebut kedapatan mendukung Israel dengan memberikan donasi dalam bentuk barang dan jasa kepada militer Israel

Masyarakat di beberapa negara akhirnya kompak memberikan sanksi dengan cara memboikot produk-produk perusahaan tersebut. Beberapa contoh sasaran boikot pada kategori keempat ini adalah McDonald’s, Burger King, Pizza Hut, Papa John’s. dan lainnya.

PM Netanyahu Merugi Miliaran Dolar AS

Kendati belum ada laporan resmi terkait nilai kerugian yang diderita Israel, namun menurut data yang dirilis Al Jazeera, pada 2018 lalu Israel sempat merugi hingga 11,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 177,37 triliun per tahun buntut gerakan boikot produk pro-Israel.

Pernyataan itu didukung oleh data dari Bank Dunia yang menunjukkan bahwa ekspor barang-barang "intermediet" Israel mengalami penurunan tajam dari 2014 hingga 2016 sehingga menimbulkan kerugian sekitar 6 miliar dolar AS per tahun.

"BDS dilihat sebagai ancaman nyata bagi legitimasi dan pendirian Israel di tingkat global. Jika ini dibiarkan, maka akan menghancurkan Israel," kata analis politik Dov Waxman.

Merespon Gerakan BDS yang beredar dikalangan masyarakat, Menteri Keuangan Israel membantah bahwa gerakan boikot dapat merugikan mereka. Justru, apabila kebijakan itu diberlakukan maka hanya akan menambah penderitaan rakyat Palestina, bukan merugikan Israel.

Sebab, sekitar 40 persen ekspor Israel adalah barang "intermediet" atau produk tersembunyi yang digunakan dalam proses produksi barang di tempat lain, seperti semikonduktor.

Selain itu, sekitar 50 persen dari ekspor Israel adalah barang "diferensiasi" atau barang yang tidak dapat digantikan, seperti chip komputer khusus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini