News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Beras Masih Mahal, Dirut Bulog: HET Tidak Berubah

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang beras melayani pembeli di kiosnya di Pasar Kosambi, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/1/2023). (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyatakan, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras tidak akan berubah meskipun harga beras saat ini masih mahal.

Menurutnya, faktor kenaikan harga beras itu terdiri dari tiga unsur yaitu produksi yang masih belum pulih, kemudian mahalnya harga pupuk serta harga beras di pasar dunia masih naik imbas dari kebijakan di beberapa negara.

"HET tidak, karena faktornya fundamental, faktor ada di produksi dan pasokan. Maka mengubah HET tidak terlalu punya dampak," kata Bayu dalam Konferensi Pers di Kantornya, Kamis (11/1/2024).

Bayu memaparkan, seandainya ada kebijakan HET dinaikkan pun tak akan mempengaruhi harga beras. Justru hal tersebut menjadi pembenaran kenaikan harga.

Sehingga Bayu berujar 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) mendapatkan bantuan pangan beras selama tiga bulan dari Januari hingga Maret dengan rincian 10 kilogram per bulan.

"Ya sudah kita mari kita terus usahakan dan strategi yang dipilih pemerintah dengan Bulog, pelaksananya adalah terus memastikan 22 juta masyarakat paling membutuhkan tidak gelisah, mereka cukup tenang karena ada beras," ungkapnya.

Sebelumnya Bayu juga mengatakan, harga beras yang relatif masih tinggi dipengaruhi oleh produksi yang masih belum stabil di tahun 2024 ini.

"Bantuan pangan dan SPHP belum berhasil menurunkan harga dia berhasil menurunkan inflasi tapi harga berasnya masih relatif tinggi. Jadi artinya harga beras itu stabil tapi relatif tinggi," kata Bayu.

Baca juga: Harga Beras Masih Mahal Padahal Sudah Digerojok Bantuan Pangan, Bulog Bilang Faktor Produksi

"Mengapa belum berhasil menurunkan harga karena memang kondisi produksi situasinya masih berat sampai bahkan sampai dengan saat ini," imbuh dia menegaskan.

Bayu pun memaparkan data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 ini produksi beras dalam negeri mengalami penurunan.

Tahun 2021 ke 2022 surplus produksi itu masih 1,8 - 1,9 juta ton kalau enggak salah. Tahun 2022 ke 2023 surplus tapi sudah turun 700 ribu ton. Ini menunjukan produksi turun," jelas Bayu.

Baca juga: BPS Catat Harga Beras dan Gabah Kompak Naik di Desember 2023

Meski begitu, Bayu menyadari bahwa Bulog sendiri belum bisa menekan harga beras. Sebagai antisipasinya, Bulog menyalurkan beras SPHP di tingkat komersial dengan harga yang lebih murah.

"Kalau SPHP kita jual di tingkat komersial tapi dengan harga lebih murah. Ini lagi-lagi berusaha untuk narik ke bawah. Kalau bahasa Bulog dulu strategi ngadolin harga. Jadi harganya kita gandolin ke bawah dengan beras SPHP," ucap dia.

Adapun mengutip panel harga beras Badan Pangan Nasional per Kamis (11/1) ini harga beras premium Rp 15.010 per kilogram. Sedangkan beras medium baik 0,15 persen jadi Rp 13.310 per kilogram.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini