Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk baterai kendaraan listrik berbahan Lithium Ferro Phosphate atau LFP untuk menggantikan nikel dalam industri kendaran listrik, menjadi topik pembicaraan yang hangat akhir-akhir ini.
Topik ini sempat menjadi perbincangan pasca adanya debat cawapres di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).
Yang mana calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertanya pada cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin soal LFP.
LFP mulai menjadi alternatif para pelaku usaha kendaraan listrik sejak tahun 2020.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, Pemerintah Indonesia saat ini memang tengah menjalankan hilirisasi nikel, yang ujungnya mampu memproduksi baterai kendaraan listrik di dalam negeri.
Baca juga: Jubir Timnas AMIN Soal Tesla Beralih ke LFP: Luhut Serang Balik Pakai Opini Sendiri
Terkait adanya teknologi LFP pada baterai kendaraan listrik, Indonesia tentunya perlu mewaspadai.
Karena saat ini cukup banyak produsen mobil listrik yang menggunakan LFP.
"Saya kira ini harus diantisipasi oleh Indonesia, karena saingan produk yang berbasis LFP itu mulai banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan seperti Tesla, kemudian di Cina dan Korea Selatan," ucap Fahmy kepada Tribunnews, Jumat (26/1/2024).
Baca juga: Gibran Tanya LFP, Cak Imin Beri Sindiran: Kita di Sini Bukan Tebak-tebakan Definisi dan Singkatan
"Ini akan mempengaruhi permintaan baterai kendaraan listrik nikel," sambungnya.
Meski demikian, Fahmy meyakini kedepannya permintaan baterai listrik berbasis listrik akan tetap dibutuhkan, mengingat jumlah penggunaan mobil listrik global semakin meningkat.
Dengan demikian, Indonesia dinilai tak perlu khawatir terkait adanya teknologi baterai LFP.
Fahmy meyakini, jika ekosistem kendaraan listrik nantinya sudah mendominasi sektor transportasi, LFP tak sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan pasar.
"Tapi kalau nanti produksi mobil listrik meningkat, ya sebagian pasti masih bergantung pada nikel. Karena masih ada keterbatasan dalam LFP tadi," ucap Fahmy.
"Maka baterai berbasis nikel tadi masih digunakan. Jadi kalau dunia kendaraan listrik berkembang maka kapasitasnya besar sekali, dan pada saat itu masih dibutuhkan nikel," pungkasnya.