News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Beras Melonjak

Continuum Indef: 99 Persen Masyarakat Keluhkan Fenomena Melonjaknya Harga Pangan, Terutama Beras

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang beras menunjukkan beras yang dijual di Agen Beras Aek Lumputan, Jakarta, Rabu (21/2/2024). Berdasarkan panel harga pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rabu, 21 Februari 2024 pukul 11.50 WIB, harga beras premium naik Rp 100 menjadi Rp 16.260 per kilogram (kg). Kemudian beras medium tercatat naik Rp 40 menjadi Rp 14.160 per kg. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah survei menunjukkan, sebanyak 99 persen masyarakat di jagat maya (netizen) mengeluhkan fenomena melonjaknya harga komoditas pangan yang terjadi belakangan ini, terutama beras.

Data Analyst Continuum Institute for Devolpment of Economic and Finance (Indef) Wahyu Tri Utomo mengungkapkan, survei ini dilakukan melalui analisis big data berdasarkan pengumpulan pendapat melalui yang dilakukan dari media sosial seperti Twitter (sekarang X) dan juga TikTok.

Sampel pendapat warganet ini diambil mulai dari periode 29 Februari sampai 4 Maret 2024, dan terkumpul sekitar 74.817 perbincangan dari 67.579 user atau akun media sosial.

Baca juga: Harga Pangan Kian Mencekik Jelang Ramadhan, Beras, Minyak Goreng, Telur, dan Gula Naik di Atas HET

"Hampir seluruh masyarakat mengeluhkan kenaikan harga bahan pokok. Mulai dari kenaikan harga yang dinilai gila jika dibandingkan dengan pendapatan atau UMR," ungkap Wahyu dalam diskusi publik Kenaikan Harga Pangan Menjelang Ramadhan secara daring, dikutip Rabu (6/3/2024).

"Ditambah lagi ada isu harga beras dunia yang turun tapi harga masih tinggi, hingga rasa iba pada masyarakat menengah ke bawah yang paling merasakan dampak kenaikan harga," sambungnya.

Wahyu melanjutkan, terdapat pula netizen yang mencoba membandingkan harga komoditas pangan di Indonesia dengan Amerika Serikat.

Jika dilihat lebih lanjut, harga komoditas pangan di Indonesia tak terpaut jauh dengan AS. Meskipun harga pangan di AS memang sedikit lebih mahal.

Namun hal ini disebut tidak wajar, lantaran pendapatan alias Upah Minimum Regional (UMR) di Indonesia dan AS berbeda 9 kali lipat.

Dalam analisis big data tersebut, para netizen juga berspekulasi terkait penyebab kenaikan harga beras.

Di posisi pertama, netizen paling banyak berspekulasi bahwa kenaikan harga pangan dunia menyebabkan beras naik.

Kemudian di posisi kedua, perubahan cuaca disebut-sebut sebagai penyebab naiknya harga beras.

"Namun, tak sedikit pula netizen yang menyebut bahwa harga beras naik disebabkan karena jelang momen Ramadan, gagal panen, permainan tengkulak atau mafia, serta disebabkan adanya isu bansos politik dan permintaan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini