News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Roundtable Ganoderma Management 2024 Bahas Penyakit Tanaman Sawit, Potensi Rugi Bisa Rp 20 Triliun

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyelenggaraan kedua Technical Meeting Roundtable Ganoderma Management (RGM), bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Kegiatan ini melibatkan para stakeholder kelapa sawit nasional dan berlangsung di IPB Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/3/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko 

TRIBUNNEWS.COM - Perkebunan kelapa sawit nasional saat ini menghadapi ancaman jamur patogen Ganoderma yang dapat mematikan tanaman kelapa sawit.

Temuan ini terungkap di penyelenggaraan kedua Technical Meeting Roundtable Ganoderma Management (RGM), bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit dan melibatkan para stakeholder perkelapasawitan nasional, di IPB Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/3/2024)

Ganoderma merupakan penyebab penyakit busuk pangkal batang dan busuk batang atas pada tanaman kelapa sawit.

Kejadian serangan Ganoderma pada perkebunan kelapa sawit sudah lama dilaporkan.

Meski berbagai cara telah dilakukan, namun sampai saat ini serangan Ganoderma belum terkendali secara baik.

Pada penyelenggaraan kali ini, kegiatan diisi dengan sosialisasi penanggulangan Ganoderma yang dihadiri beberapa narasumber peneliti kelapa sawit.

Kegiatan ini disambut Co-Founder Roundtable Ganoderma Management, Dr Ir DarmonoTaniwiryono MSc yang dikenal sebagai ahli Ganoderma dan dibuka Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Hadi Sugeng.

Darmono menekankan pentingnya kolaborasi dan penelitian terarah dalam mengatasi tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit akibat serangan Ganoderma yang dapat menurunkan produktivitas perkebunan kelapa sawit.

"Diharapkan para petani dan pelaku industri semakin aware terhadap Ganoderma, dan tidak lagi melakukan try and error yang memerlukan waktu minimum 10 tahun untuk mengetahui hasilnya," ujarnya dikutip Rabu (6/3/2024).

Para peneliti juga dapat mendiskusikan bagaimana melakukan penelitian yang lebih terarah, sehingga menghasilkan riset yang baik.

Serangan Ganoderma sudah mulai merebak di seluruh wilayah perkelapasawitan di Indonesia termasuk di Papua.

Baca juga: Industri Perkebunan Sawit Atasi Penyakit Ganoderma dengan Plantation Key Technology

Pada tingkat kerusakan 2 persen sampai 4 persen, kerugian negara dapat mencapai antara Rp 10 triliun hingga Rp 20 triliun per tahun.

Meluasnya serangan Ganodermabisa juga disebabkan oleh "human error" yaitu berupa ketidakterbukaan manajemen di level perkebunan besar swasta dan nasional karena terkait dengan prestasi pengelolaan kebun. Ditekankan, di era digitilisasi saat ini tidak ada yang bisaditutup-tutupi lagi.

Masalah lain adalah di level perkebunan rakyat, di mana pengtahuan tentang Ganoderma masih rendah.

Baca juga: Dihelat di Bandung, Para Ahli Hadiri Simposium Internasional Ganoderma

Sekjen GAPKI Muhamad Hadi Sugeng mewakili Ketua Umum GAPKI, menyampaikan mengenai arti penting mengatasi serangan Ganoderma bagi keberlanjutan industri kelapa sawit Indonesia.

Dalam sambutannya, Hadi Sugeng menekankan, "Ganoderma menjadi momok yang sulit ditanggulangi, industri kelapa sawit memiliki peran yang sangat penting dan strategis sebagai kekuatan ekonomi nasional, tamanya berkontribusi terhadap perekonomian negara yaitu penyerapan tenaga kerja serta pemasukan devisa, dengan 16 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung."

Hadi menyoroti bahaya Ganoderma, "Ganoderma tidak hanya ditemukan di generasi kedua dan seterusnya tapi juga ditemukan di generasi pertama, artinya sangat mematikan dan membahayakan. Banyak upaya yang telah dilakukan dalam mitigasi Ganoderma, namun hasil belum memuaskan.

"GAPKI berharap dalam acara ini dapat melahirkan pemikiran yang 'out of the box' untuk penanganan masalah Ganoderma ini," kata Hadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini