Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR RI Junaidy Auly menyoroti permasalahan inflasi pangan saat ini, terutama masalah beras sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia.
Junaidy menekankan, seharusnya persoalan infasi pangan bisa diantisipasi oleh Pemerintah dengan pendekatan jangka panjang.
Namun, selama ini, pemerintah dinilai hanya mengatasi persoalan dengan pendekatan jangka pendek.
Baca juga: Jaga Inflasi, Pemprov DKI Distribusikan Sembako Murah ke Setiap Kelurahan
"Seperti melakukan impor dan intervensi dalam bentuk operasi pasar serta pemantauan alur distribusi pada level pusat dan daerah saja," ujar Junaidy saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (12/3/2024).
Junaidy mengatakan, penyelesaian inflasi pangan melalui pendekatan jangka panjang adalah sungguh-sungguh melaksanakan manajemen pengendalian inflasi dan perbaikan dari hulu sampai hilir, terutama terhadap gejolak inflasi komoditas pangan.
"Tentunya, kolaborasi dalam penyusunan kebijakan dan pelibatan aktif seluruh stakeholder dalam melaksanakan kebijakan dari level pusat hingga daerah menjadi kunci utama tercapainya efektivitas pengendalian inflasi pangan yang berkelanjutan," ucap Junaidy.
Junaidi mengatakan bahwa penjelasan Pemerintah bahwa perekonomian Indonesia cukup solid, nyatanya tidak mampu mengantisipasi inflasi atas kenaikan harga beras di Indonesia saat ini. Terlebih Indonesia merupakan negara agraris yang dalam tiga tahun belakangan ini diklaim Pemerintah dalam kondisi perekonomian yang cukup solid dan terkendali.
"Meskipun dihadapkan pada fluktuasi perekonomian dunia," imbuh Junaidy.
Di bulan Januari 2024 Neraca perdagangan Indonesia masih tetap mencatatkan surplus sebesar 2,02 miliar dolar AS. Di awal tahun 2024, APBN mencatatkan kinerja yang baik dengan realisasi Belanja Negara mencapai Rp184,2 triliun (5,5 persen pagu APBN),” jelas Junaidi.
Namun menariknya, kata Junaidi, gejolak inflasi volatile foods berada pada kisaran 1,53 (mtm), 8,47 (yoy), atau 1,54 (ytd) ditengah kondisi Inflasi domestik yang dinilai relatif terjaga mencapai 2,57 (yoy).
"Apalah artinya perekonomian tumbuh, neraca perdagangan Indonesia surplus dan kinerja APBN 2024 tetap kuat, ketika masyarakat Indonesia yang hidup di negeri agraris ini mengalami permasalahan harga pangan yang tinggi dan stok pangan yang tidak cukup," tutur Junaidy.