Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Krisis properti kembali mengguncang China setelah Vanke, salah satu raksasa real estate terbesar di negara itu berada di ambang kebangkrutan akibat krisis likuiditas.
Kebangkrutan Vanke terendus publik di tengah maraknya isu gagal bayar raksasa properti China yang terjadi berturut-turut hingga menempatkan China pada krisis properti yang parah.
Melansir dari CNN International ada sejumlah faktor yang membuat bisnis Vanke terancam jatuh ke jurang kebangkrutan.
Salah satunya karena turunnya permintaan apartemen dan anjloknya harga rumah selama liburan Festival Musim Semi.
Penurunan ini yang membebani kinerja keuangan para pengembang properti hingga penjualan Vanke di China menurun selama sepuluh bulan berturut-turut.
Kondisi tersebut makin diperparah dengan adanya krisis likuiditas yang dialami perusahaan.
Serangkaian masalah ini yang membuat Vanke perusahaan unggulan di sektor properti China terancam bangkrut menyusul perusahaan properti Evergrande yang telah hancur akibat gagal membayarkan tagihan utang sebesar 330 miliar dolar AS.
Untuk mencegah kerugian yang dialami perusahaan Vanke, beberapa perusahaan asuransi dilaporkan telah mengirimkan tim ke kantor pusat Vanke untuk putaran baru negosiasi utang dalam upaya menghindari gagal bayar.
Pemerintah China turut melobi 12 bank besar untuk memberikan pinjaman sindikasi kepada Vanke senilai 80 miliar yuan atau setara 11,2 miliar dolar AS untuk memungkinkan perusahaan memenuhi tenggat waktu pembayaran yang akan datang.
Baca juga: China Evergrande Bukukan Kerugian Bersih Rp 68,72 triliun di Paruh Pertama 2023
Karena rencana pendanaan ini saham Vanke di Hong Kong melonjak naik 10,3 persen, sedangkan saham yang diperdagangkan di Shenzhen ditutup 5,7 persen lebih tinggi.
Meski saham Vanke perlahan telah naik, namun hal itu tak berlaku untuk Moody's.
Moody's memangkas peringkat Vanke menjadi Ba1, yang sering disebut sebagai peringkat sampah.
Artinya, perusahaan perlu menawarkan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko gagal bayar yang lebih besar yang dihadapi investor obligasi.
Baca juga: Raksasa Properti Cina, Evergrande, Semakin Terdesak
Vanke didirikan pada tahun 1984 di kota Shenzhen, Vanke adalah perusahaan properti China didirikan oleh Wang Shi, yang dianggap sebagai 'Godfather' di industri real estate.
Ini adalah perusahaan properti pertama yang terdaftar di China daratan, yang melakukan IPO besar-besaran pada tahun 1991 di Bursa Efek Shenzhen.
Sebelum bangkrut, Vanke pernah jadi pengembang terbesar kedua di China berdasarkan penjualan tahun lalu.