“Tadi beli Intip di depan juga bisa scan, jadi pengeluarannya tercatat di BRImo, jadi jelas liburan kali ini habis berapa buat jajan, nanti buat akomodasi berapa “ kata dia.
Pemilik kios dawet telasih, Hj Sipon menjelaskan ia sudah menerima pembayaran non tunai via QRIS sejak 3 tahun belakangan.
“Kalau pas musim liburan itu enak, yang sudah mudeng QRIS tinggal scan, yang mau tunai juga bisa,” kata dia.
Hj Sipon mengaku merasakan banyak manfaat sejak menerima pembayaran nontunai yang difasilitasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini.
“Uangnya tiba-tiba jadi banyak di rekening,” ujarnya sambil tertawa.
Pasalnya pembayaran melalui QRIS langsung masuk ke tabungan BRI milik Hj Sipon setiap hari.
Ia mengaku hampir separuh pembelinya kini memanfaatkan QRIS setiap harinya, dan akan bertambah banyak ketika musim liburan.
Hj Sipon juga tak perlu repot memeriksa uang asli atau palsu dari pembeli.
“Dawet saya kan mulai 8 ribu, kadang ada yang beli 2 mangkuk bayarnya pakai 100 ribuan, harus diteliti tenanan, takutnya palsu, namanya di pasar kan harus hati-hati” terang dia.
Pembukuan keuangan kios dawet miliknya juga lebih rapi setelah menerima pembayaran non tunai.
“Yang lewat QRIS kan jelas sehari masuk berapa, kalau yang tunai tidak serapi itu,” kata wanita yang berjualan dawet sejak puluhan tahun lalu ini.
Pemerintah Kota Surakarta bekerja sama dengan Bank BRI sudah mulai memperkenalkan pembayaran QRIS (QR Code Indonesian Standard) untuk transaksi dagang di pasar sejak Kamis 13 Agustus 2023.
Pasar Gede jadi pasar tradisional pertama di Kota Solo yang melakukan pembayaran non tunai QRIS.
Cashless nilai tambah UMKM