Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) ikut menyoroti "war takjil", fenomena di bulan Ramadan kali ini yang menggambarkan kegiatan berburu makanan dan minuman untuk berbuka puasa.
Fenomena war takjil yang istilahnya pertama kali ramai di media sosial ini, tidak hanya diikuti masyarakat muslim yang berpuasa, tetapi juga oleh masyarakat non muslim yang tidak berpuasa.
Bila dilihat dari kacamata ekonomi, Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF Eisha Maghfiruha Rachbini memandang fenomena ini menjadi peluang bagi UMKM meningkatkan penjualannya.
Baca juga: Momen Warga War Takjil atau Berburu Takjil Buka Puasa Ramadan 2024 di Sejumlah Tempat
Ia mengatakan, di saat Ramadan seperti ini, potensi UMKM sebenarnya lebih besar karena di momen yang sifatnya musiman ini, potensi penjualan UMKM bisa meningkat.
Adapun hal ini disampaikan Eisha dalam diskusi daring bertajuk "Dinamika Lebaran dan Arah Ekonomi Prabowo-Gibran", Selasa (26/3/2024).
"Ada beberapa survei yang mungkin kita bisa lihat bahwa memang beberapa bulan dibandingkan Februari atau bulan sebelumnya, penjualan di Maret atau ke depan mungkin awal April nanti, masih akan terus meningkat transaksi yang tercipta akibat di masa-masa ramadan ini," kata Eisha.
Ia mengatakan, momen Lebaran ini juga berpotensi mendongkrak UMKM kuliner dan oleh-oleh yang ada di daerah-daerah tujuan para pemudik.
Bila dilihat kenaikannya dari 2023, Eisha menyebut kenaikan penjualan para pelaku UMKM dan pengusaha oleh-oleh tersebut pada tahun ini berpotensi mencapai 40 hingga 60 persen.
Dengan jumlah pemudik yang diprediksi mencapai 193 juta orang, harusnya bisa ikut mendorong usaha para UMKM di daerah.
Meski demikian, Eisha memberi catatan bahwa ada beberapa tantangan pada tahun ini, salah satunya adalah harga pangan yang sekarang tengah berada dalam posisi tinggi.
Baca juga: Tips Khatam Alquran di Bulan Ramadan, Cek Berapa Halaman dalam Sehari untuk Capai Target
Ia mengatakan, pelaku UMKM kuliner membutuhkan bahan pangan untuk bahan dasar mereka berproduksi. Bahan-bahan pangan ini yang menjadi biaya input dari UMKM.
"Sehingga, mau tidak mau, dia harus meningkatkan harga jual atau mungkin berarti margin yang didapat lebih sedikit. Itu salah satu tantangan saat ini, [yaitu] tingkat harga yang lebih tinggi," ujar Eisha.