Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas 1760 MW siap beroperasi penuh setelah melewati serangkaian tes dan akan menekan emisi karbon 3,3 juta ton per tahun.
PLTGU Jawa-1 bakal beroperasi setelah melewati rangkaian tes, yakni plant reliability run dan net dependable capacity test tepat pada Jumat (29/3/2024). Indonesia akan resmi memiliki pembangkit integrated terbesar di Asia Tenggara yang dilengkapi dengan regasification system.
PLTGU Jawa-1 dikelola oleh PT Jawa Satu Power (JSP) yang dimiliki oleh konsorsium antara Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dengan kepemilikan 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen.
CEO Pertamina NRE John Anis menyatakan apresiasinya yang luar biasa kepada seluruh jajaran manajemen dan perwira JSP atas dedikasi dan kerja keras yang luar biasa dalam menyelesaikan mega proyek ini.
"Dukungan dari semua pihak terus diharapkan agar PLTGU Jawa-1 dapat menunjukkan operational excellence dan bisa membawa manfaat optimal bagi Pertamina dan NKRI," ujar John dalam keterangannya, Sabtu (30/3/2024).
Direktur Utama JSP Asistia Semiawan menyampaikan, rasa syukurnya atas dukungan semua pihak serta pemangku kepentingan lainnya di mana tidak henti-hentinya memberikan kepercayaan, sehingga mampu mengatasi segala tantangan.
"Proses formal administratif sudah kami tempuh dan lengkapi, semoga semuanya lancar sehingga kami bisa berkontribusi mendukung penyediaan listrik melalui kolaborasi bersama mitra strategis kami yakni PLN," imbuhnya.
PLTGU Jawa-1 merupakan pembangkit Listrik yang mengintegrasikan floating storage and regasification unit (FSRU) dengan unit pembangkit listrik berkapasitas 1760 MW yang terdiri dari 2 unit pembangkit dengan masing-masing kapasitas 880 MW.
Baca juga: Proyek PLTGU Jawa 1 Dukung Penyediaan Energi Bersih di Dalam Negeri
Unit 2 telah beroperasi komersial sejak Desember 2023. Proyek ini menghubungkan ketersediaan pasokan gas di Papua dengan kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali.
Proyek ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain lebih efisien karena menggunakan generasi terbaru teknologi single shaft combined cycle gas turbine, sehingga harga jual Listrik pun menjadi kompetitif.
Dari sisi operasional, pembangkit ini memiliki teknologi black start capability sehingga dapat melakukan self start up sendiri pada saat grid tidak tersedia imported power untuk keperluan start up pembangkit.
Baca juga: PLTGU Riau Berkapasitas 275 MW Resmi Beroperasi, Bisa Pasok Listrik 340 Ribu Rumah di Sumatra
Dengan menggunakan sumber bahan bakar liquefied natural gas (LNG), maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara maupun BBM.
Hal ini sejalan dengan upaya penurunan emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan.
"Dengan teknologi yang mutakhir, PLTGU Jawa-1 diproyeksikan akan menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta tco2e per tahun. Angka yang sangat signifikan untuk kontribusi terhadap net zero emission," tutur John.