News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nilai Tukar Rupiah

Rupiah Mulai Perkasa, Erick Thohir Takutkan Utang BUMN Imbas Konflik Iran-Israel, Airlangga Santai

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (18/4/2024) mulai mengalami penguatan usai tertekan beberapa hari sebelumnya.

Tercatat, rupiah ditutup menguat 41 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 60 point di level Rp 16.179 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.220.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah diperkirakan masih akan berlangsung pada perdagangan besok.

"Perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.150 sampai Rp16.200," ujar Ibrahim.

Baca juga: Sore Ini Dolar AS Keok, Rupiah Menguat ke Level Rp16.179

Ia menjelaskan, penguatan rupiah hari ini karena para pedagang menilai prospek suku bunga AS masih akan ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.

"Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin (bps) tahun ini, jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 bps, dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran," paparnya.

Para pedagang sebelumnya memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni, namun serangkaian data termasuk indeks harga konsumen (CPI) dan penolakan dari para bankir bank sentral telah mengubah ekspektasi tersebut.

Gubernur Fed Michelle Bowman pada hari Rabu mengatakan kemajuan dalam perlambatan inflasi AS mungkin terhenti, dan masih menjadi pertanyaan apakah suku bunga cukup tinggi untuk memastikan inflasi kembali ke target 2 persen The Fed.

Sementara sentimen penguatan rupiah dari dalam negeri yakni Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), Kinerja penjualan eceran pada Maret 2024 diperkirakan tetap kuat seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat pada periode Ramadan dan tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Berdasarkan kelompoknya, sebagian kelompok tercatat meningkat, antara lain subkelompok sandang sebesar 5,9% yoy, kelompok suku cadang dan aksesori 12,0% yoy, serta bahan bakar kendaraan bermotor 13,2% yoy.

Adapun, kinerja penjualan eceran pada kuartal pertama 2024 diperkirakan tumbuh sebesar 3,7% yoy, lebih tinggi dari kuartal ke empat 2023 yang tumbuh 1,6% yoy.

"Peningkatan terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok bahan bakar kendaraan bermotor dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 5,4% yoy dan 12,9% yoy," tutur Ibrahim.

Peringatan Erick Thohir

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperingatkan BUMN untuk mengantisipasi dampak dari gejolak ekonomi dan geopolitik dunia.

Erick mencontohkan inflasi di Amerika Serikat (AS) sebesar 3,5 persen membuat langkah the Fed menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

"Situasi geopolitik juga semakin bergejolak dengan memanasnya konflik Israel dan Iran beberapa hari yang lalu," ujar Erick.

Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.

"Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat," lanjutnya.

Erick menyampaikan dua hal tersebut telah melemahkan rupiah menjadi Rp16.000-16.300 per dolar AS dalam beberapa hari kebelakang.

Nilai tukar ini bahkan bisa mencapai lebih dari Rp 16.500 apabila tensi geopolitik tidak menurun.

Erick menilai suituasi ekonomi dan geopolitik tersebut sudah dan akan berdampak kepada Indonesia melalui Foreign Outflow dana investasi yang akan memicu melemahnya rupiah dan naiknya imbal hasil obligasi.

Kemudian juga semakin mahalnya biaya impor bahan baku dan pangan karena gangguan rantai pasok.

"Dan akan menggerus neraca perdagangan Indonesia," sambung Erick.

Oleh karena itu, Erick meminta BUMN melakukan langkah cepat dalam meminimalisasi dampak global melalui peninjauan ulang ulang biaya operasional belanja modal, utang yang akan jatuh tempo, rencana aksi korporasi, serta melakukan uji stres dalam melihat kondisi BUMN dalam situasi terkini.

Erick meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak.

Erick menyebut BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

"Serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat," lanjut Erick.

Selain itu, sambung Erick, BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti Pertambangan MIND ID, perkebunan PTPN bisa memanfaatkan tren kenaikan harga ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan.

Erick mengatakan BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dolar AS agar mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi dampak fluktuasi kurs.

"Seluruh BUMN diharapkan dapat waspada dan awas dengan memantau situasi saat ini, mengingat kemungkinan terjadi kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat," pungkas Erick.

Tak Perlu Khawatir

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto berpendapat, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang melemah beberapa waktu belakangan tidak perlu dikhawatirkan bagi pihak-pihak terkait.

Sebab menurutnya, cadangan devisa yang dimiliki Bank Indonesia (BI) masih besar, tercatat pada akhir Februari 2024 cadangan devisa tetap tinggi sebesar 144,0 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

"Terkait kurs kita monitor dulu karena kurs ini kan bukan sesuatu yang kita harus respons daily bases dan kita lihat cadangan devisa di BI masih besar jadi tidak ada yang perlu kita khawatirkan," kata Airlangga saat Konferensi Pers di Kantornya, Kamis (18/4/2024).

Adapun rupiah sempat menembus Rp 16.250 per dolar Amerika Serikat (AS) beberapa hari lalu atau pasca Lebaran 2024 kemarin.

Namun, Airlangga menyatakan bahwa kondisi Indonesia masih berada di level yang baik jika dibandingkan dengan negara China, Thailand maupun Malaysia.

"Turunnya Indonesia tidak sedalam yang lain jadi kita walau turun di atas China, Thailand maupun Malaysia," ujarnya.

Sebelumnya Airlangga Hartarto berpendapat, pergerakan nilai tukar rupiah sebesar Rp 16.000 an per hari ini dinilai masih lebih baik dibandingkan negara Malaysia hingga China.

"Terkait dengan Indeks rupiah, kita lihat kalau kita bandingkan dengan berbagai negara lain relatif tentunya kita sedikit lebih baik dari Malaysia, juga China," kata Airlangga kepada wartawan di Gedung Ali Wardhana, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2024).

Menurut Airlangga, pelemahan kurs Rupiah ini memang lebih dalam jika dibandingkan dengan Won Korea Selatan (Korsel) dan Bath Thailand.

Sehingga dia menilai bahwa, kondisi rupiah Indonesia masih jauh lebih baik ditengah banyak negara-negara lain yang berdampak oleh konflik Iran-Israel.

"Yang lebih baik dari kita adalah korsel dan Thailand. Jadi kita tidak yang terdampak tinggi tapi banyak negara yang lebih terdampak dari kita," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini