2. Bitcoin
Dengan Bitcoin yang mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan Maret dan halving yang mengurangi imbalan untuk para penambang pada bulan April, pasar kripto tampak bersemangat setelah awal tahun yang lesu.
Baca juga: Nilai Cenderung Naik, Investasi Emas Bisa Bikin Sejahtera di Usia Muda
Namun regulasi yang mudah berubah di arena ini menambah tuntutan bagi investor retail, dalam hal toleransi terhadap risiko dan kecepatan pengambilan keputusan.
Seperti sebelumnya, lanskap investasi dalam kripto masih rentan terhadap koreksi dan fluktuasi mendadak yang sulit dijelaskan oleh pola historis, atau model prediksi analitis lainnya.
"Dinamika semacam ini hanya dapat menguntungkan jika investor memiliki pengalaman langsung, bukan pengetahuan teoritis semata."
"Ini menciptakan lahan subur bagi penyebaran berbagai wawasan pasar, yang sebagian besar harus disikapi dengan hati-hati," kata Kar Yong Ang.
3. Emas
Mengenai komoditas secara umum dan emas pada khususnya, tidak ada regulator bank sentral yang menetapkan aturan mainnya.
Di sini, hukum penawaran dan permintaan yang menentukan harga, dan kelangkaan komoditas tertentu secara alami akan memperbesar keuntungan.
Baca juga: Agar Sesuai Kebutuhan, Ini Rekomendasi Produk Reksa Dana untuk Kumpulkan Dana Pendidikan Anak
Banyak investor menggunakan komoditas untuk melindungi tabungan mereka terhadap inflasi karena kenaikan harga aset real sering kali memicu kenaikan biaya hidup.
Meskipun sebagian besar harga komoditas turun pada tahun 2023, permintaan emas tetap tinggi dan naik lebih dari 13 persen pada akhir tahun, mencapai rekor tertinggi $2.135 per ounce.
Namun, tren pertumbuhan ini belum termanifestasi di tahun 2024.
Pada tahun 2024, membeli emas mungkin terbukti sebagai pilihan yang masuk akal, tetapi Anda harus ingat bahwa di saat terbaik sekalipun, membeli emas tidak akan memberikan keuntungan langsung kecuali jika modal awal Anda besar.
"Dalam konteks tabungan pensiun, menunggu emas hingga mencapai harga puncak lagi sehingga dapat mengguncang pasar mungkin bukan pendekatan yang efisien dibandingkan mengelola kekayaan secara aktif," ujar Kar Yong Ang.