Ariston memandang, hal itu karena pasar masih meragukan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan AS, setelah risalah rapat kebijakan terakhir yang memperlihatkan para pejabat The Fed membuka peluang kenaikan suku bunga bila inflasi naik lagi tahun ini.
Karena kebijakan suku bunga acuan the Fed ini terkait erat dengan potensi inflasi AS ke depan, maka pergerakan naik turun dolar AS terhadap nilai tukar lainnya sangat bergantung dengan data-data ekonomi penting AS seperti data tenaga kerja, data kondisi sektor manufaktur dan jasa, data perumahan, data PDB dan terutama data yang berkaitan dengan harga-harga atau inflasi.
“Kebetulan pekan ini data tenaga kerja AS yang dirilis di Rabu dan Kamis malam lebih lemah dari perkiraan pasar, sehingga dolar AS bergerak melemah,” kata Ariston saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (7/6).
Ariston melanjutkan, selanjutnya pasar menunggu data penting lainnya yaitu data tenaga kerja versi pemerintah AS, mulai dari data Non Farm Payrolls, data tingkat pengangguran, serta data pertumbuhan upah rata-rata per jam.
Untuk pekan depan, inflasi konsumen AS bulan Mei di Rabu (12/6) malam, pengumuman suku bunga acuan AS di Kamis (13/6) dini hari akan menjadi fokus pasar.
Pergerakan rupiah terhadap dolar AS akan bergantung pada hasil dari data-data tersebut. Indikasi wait and see kebijakan pemangkasan suku bunga dan apabila data CPI tidak menunjukkan penurunan, maka dolar AS bisa menguat lagi dan sebaliknya.
“Karena minggu depan banyak data penting, volatilitas akan besar dan juga arah rupiah-dollar masih sangat bergantung pada hasil sehingga potensi melemah dan menguat masih seimbang,” imbuh Ariston.
Nanang melihat, awal pekan depan, pasar akan bereaksi terlebih dahulu atas hasil data ketenagakerjaan Amerika. Bila data membaik maka dolar menguat, imbasnya rupiah akan kembali testing high level Rp 16.300.
Selain itu juga, pasar global akan memperhatikan bagaimana angka inflasi konsumen Amerika yang diperkirakan turun. Bila sesuai perkiraan, maka jadi momentum rupiah untuk menguat ke level Rp 16.000, dan bahkan bisa di bawah Rp 16.000.
Namun demikian, dengan tidak mengesampingkan rapat pertemuan The Fed, yang hampir dipastikan Fed tidak akan merubah suku bunganya. Pasar akan memperhatikan bagaimana pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pasca rilisan data ketenagakerjaan dan inflasi.
“Apakah sinyal pelonggaran makin santer dihembuskan, dan ini dapat memberi angin baik buat rupiah, dimana potensi pelemahan dolar nantinya,” sebut Nanang.
Nanang memproyeksi Rupiah akan berada dalam zona Rp 16.040 – Rp 16.250 per dolar AS di perdagangan pekan depan.
Sementara, Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang antara Rp 15.950 – Rp 16.300 per dolar AS.
Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Rupiah Menguat Dalam Sepekan, Begini Proyeksinya untuk Pekan Depan