News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

AS Umumkan Sanksi Baru Jelang KTT G7, 300 Entitas Rusia Jadi Korban

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Pemerintahan Joe Biden merilis sanksi baru menargetkan 300 entitas dan individu asal Rusia jelang pertemuan G7 yang dihadiri oleh 7 negara ekonomi maju.

Tak hanya entitas dari China, sanksi baru tersebut ditujukan untuk lembaga-lembaga keuangan asing seperti Kyrgyzstan dan Turki yang dicurigai membantu perdagangan Moskow agar terhindar dari sanksi Barat .

Mengutip dari CNN International, Departemen Keuangan juga telah mendefinisikan ulang pangkalan industri militer Rusia untuk memasukkan semua orang yang dikenai sanksi berdasarkan Perintah Eksekutif termasuk Sberbank dan VTB.

Baca juga: Sah! Rusia Hentikan Perdagangan Mata Uang Dolar AS dan Euro

"Tindakan hari ini menyerang jalan mereka yang tersisa untuk bahan-bahan dan peralatan internasional, termasuk ketergantungan mereka pada pasokan penting dari negara ketiga," kata Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.

Sanksi AS Tak Mempan Hajar Rusia

Sejak Rusia menginvasi Ukraina, Barat dan AS mulai berbondong-bondong menjatuhkan sanksi untuk memukul perekonomian negara beruang putih itu.

Tercatat sejak tahun 2022, tepatnya setelah Rusia intens menyerang Ukraina, Washington dilaporkan telah memberikan sanksi kepada lebih dari 4.000 individu dan perusahaan Rusia.

AS bahkan membekukan 70 persen aset bank-bank Rusia dan beberapa di antaranya dikeluarkan dari Swift, layanan pesan berkecepatan tinggi untuk lembaga keuangan Internasional.

Kendati mendapat banyak sanksi dari Barat dan AS, namun perekonomian Rusia hingga kuartal pertama 2024 dilaporkan tumbuh pesat. Berkat pertumbuhan positif ini Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Rusia untuk tahun 2024, dari 1,1 persen menjadi 2,6 persen.

Berbanding terbalik dengan Rusia, sanksi yang dijatuhkan Barat ke Rusia justru membuat negara-negara Eropa menderita akibat melonjaknya harga energi. Salah satu yang terparah dialami Inggris, yang sebelum perang bergantung pada Rusia untuk sebagian besar pasokan gasnya.

Rusia Balas AS

Merespon sanksi baru yang diterapkan pemerintah AS, Bursa Moskow memutuskan untuk menghentikan perdagangan dalam dolar Amerika Serikat (AS) dan Euro, Rabu (12/6/2024)

Bank Sentral Rusia mengatakan bahwa langkah ini diambil lantaran sanksi AS terbaru telah membatasi kegiatan perdagangan dan ekonomi Negeri Beruang Putih. Mereka menambahkan bahwa pihaknya akan menggunakan data perdagangan bebas untuk menetapkan nilai tukar resmi dolar dan euro.

Baca juga: The Unit, Sistem Pembayaran Internasional versi BRICS dan Pesan Global dari Rusia

Meski adanya penghentian ini, Bank Sentral Rusia menegaskan bahwa simpanan warga di bank berbentuk dolar dan euro akan tetap aman. Kegiatan tukar menukar melalui bank juga tetap diizinkan.

"Karena penerapan tindakan pembatasan oleh AS terhadap Moscow Exchange Group, perdagangan bursa dan penyelesaian instrumen yang dapat diserahkan dalam dolar AS dan euro ditangguhkan," kata bank sentral itu dikutip Reuters.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini