TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Fasilitas pemurnian tembaga atau smelter PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, resmi beroperasi pada Kamis (27/6/2024).
Peresmian dilakukan Menko Perekonomian Airlangga Hartato dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadia serta Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas.
Katoda tembaga pertama akan mulai dihasilkan Agustus nanti dan diharapkan akan dirayakan dengan seremoni yang dihadiri Presiden Jokowi.
Baca juga: Bahlil Minta Freeport Indonesia Bangun Smelter di Timika
Tony mengatakan, proses pembangunan smelter memakan waktu sekitar 30 bulan, termasuk 2 tahun saat pandemi, dan beroperasi sesuai jadwal.
"Biayanya sekitar Rp 58 triliun. Pada puncaknya, proyek ini sempat menyerap sekitar 40 ribu tenaga kerja," ujar Tony.
Smelter Freeport di Gresik, kata Tony Wenas, merupakan smelter single line terbesar di dunia.
Smelter ini diharapkan mampu memproses bahan baku dari tambang Freeport di Timika, Papua, yang diangkut dengan kapal ke Gresik sebanyak 600 ribu sampai 650 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Baca juga: Pelaku Industri Dorong Sertifikasi Tenaga Kerja di Perusahaan Smelter
“Smelter diharapkan mampu menghasilkan 50-60 ton emas dan 220 ribu ton emas per tahun,” kata Tony Wenas.
Menko Perekonomian Airlangga Hartato yang hadir menambahkan, KEK Gresik merupakan satu dari 22 KEK di Indonesia.
Baca juga: PLN Pasok Listrik 170 MVA ke Smelter Milik Freeport Indonesia di Gresik
“Semoga smelter ini makin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Gresik,” katanya.
Di sisi lain, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam pidatonya, meminta Freeport melibatkan pengusaha lokal.
Perpanjangan kontrak Freeport, kata Bahlil, mestinya tidak ada masalah karena Freeport sudah membangun smelter.
“Pemerintah juga sudah menyetujui Freeport membangun smelter di Papua,” ujarnya.