News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengusaha Minta Pemerintah Tak Buat Kebijakan yang Menekan Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum DPP Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) meminta pemerintah menghindari membuat kebijakan yang berpotensi menekan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah.

Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja pun menyoroti rencana pungutan iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dari gaji pekerja yang akan dilakukan pemerintah.

Ia mengaku tidak setuju akan rencana pungutan iuran untuk Tapera, sehingga ia menyarankan agar ditunda pelaksanaannya.

Baca juga: HUT ke-58 Kemenko Perekonomian, Airlangga Harap Daya Beli Tetap Baik di Tengah Ketidakpastian Global

"Selain peruntukannya belum jelas, ini juga berpotensi mengganggu daya beli masyarakat kelas menengah bawah," kata Alphonzus kepada wartawan di Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2024).

Berikutnya, ia menyoroti rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen.

Alphonzus juga berharap rencana kenaikan PPN tersebut bisa ditunda.

Menurut dia, itu bisa berdampak pada harga jual, yang mana jika harga jual naik, masyarakat kelas menengah ke bawah akan menjadi yang paling terdampak.

"Bagi kelas menengah ke bawah ini akan sangat terasa. Akhirnya, menurunkan daya beli. Kalau ini diterapkan semua, ini akan membuat situasi semakin tidak sehat," ujarnya.

Alphonzus memahami bahwa pemerintah membutuhkan penerimaan negara tambahan. Namun, seharusnya tidak dengan menaikkan tarif.

Baca juga: Penjualan Mobil Cenderung Stagnan, Menperin: Daya Beli Masyarakat Belum Membaik

Ia mencontohkan dengan kebijakan menurunkan beberapa pajak daerah. Misalnya seperti pajak wahana permainan anak dan hiburan bioskop, yang biasanya 25-30 persen, sekarang turun hanya maksimal 10 persen.

Ternyata, kata Alphonzus, itu meningkatkan transaksi dan banyak pelaku usaha baru yang berbisnis wahana permainan anak. Transaksinya pun berlipat.

"Toh pemerintah bisa menerima lebih (banyak) dibandingkan menaikkan tarif," ucapnya.

Baca juga: Waspadai Pelemahan Daya Beli Rakyat

Oleh karena itu, ia meminta kembali agar jangan dulu menaikkan PPN menjadi 12 persen. Waktunya juga disebut kurang tepat jika kelak rencana ini terealisasi.

"Sebaiknya ditunda, waktunya belum tepat. Pertumbuhan sekarang belum optimal, jadi dorong dulu pertumbuhannya semaksimal mungkin, baru mainkan tarifnya," tutur Alphonzus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini