News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bos SKK Migas Wanti-wanti Capaian Lifting Minyak Merosot, Minta KKKS Genjot Produksi

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. SKK Migas berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan dan mengambil tindakan tegas guna memastikan program-program KKKS berjalan sesuai rencana.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan, produksi migas Indonesia saat ini menghadapi tantangan signifikan, khususnya komoditas minyak.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, Pemerintah menilai kondisi ini sebagai krisis nasional dan menekankan perlunya langkah- langkah agresif dalam mengatasi hambatan-hambatan produksi dan lifting.

"Dari target lifting tahun 2024 sebesar 635.000 BOPD (barel minyak per hari) untuk minyak, realisasi saat ini baru mencapai 579.000 BOPD. Sedangkan untuk gas, dari target sebesar 5.785 MMSCFD (juta kaki kubik per hari), saat ini baru mencapai 5.366 MMSCFD. Masih ada kekurangan yang perlu segera diatasi," ujar Dwi dalam keterangannya, Senin (5/8/2024).

Dirinya kemudian menekankan, pentingnya kolaborasi yang erat antara pemerintah dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam mencapai target nasional, khususnya terkait produksi dan lifting migas.

Baca juga: Bidik Produksi 1 Juta Barel, SKK Migas Perkuat Integritas dan Tata Kelola Industri Hulu Migas

SKK Migas berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan dan mengambil tindakan tegas guna memastikan program-program KKKS berjalan sesuai rencana.

"Kami menekankan kepada seluruh pimpinan tertinggi KKKS untuk menjalankan komitmen program kerja yang telah disepakati. Hal ini penting untuk mencapai target akhir tahun untuk minyak sebesar 594.000 BOPD, yang akan mempengaruhi titik masuk kita pada tahun 2025 yang direncanakan berada di kisaran 634.000 BOPD," jelas Dwi.

Sedangkan untuk gas, meski lifting gas secara year-to-date berada di angka 5.366 MMSCFD, namun pada 25 Juli 2024, lifting harian telah mencapai 5.919 MMSCFD, mencapai 2 persen di atas target lifting Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5.785 MMSCFD.

"Kami juga fokus pada percepatan tambahan produksi sebesar 174 MMSCFD, terutama dari KKKS HCML dan Pertamina EP Cepu. Selain itu, menjaga stabilitas operasional untuk menghindari unplanned shutdown sangatlah penting, sehingga kami tetap optimis untuk mencapai outlook lifting gas sebesar 5.544 MMSCFD," lanjut Dwi.

Terlepas dari tantangan tersebut, Dwi melihat industri hulu migas Indonesia masih menunjukkan prospek yang menjanjikan.

Hal ini tercermin dari temuan eksplorasi pada tahun 2023, di mana penemuan di struktur Geng North dan Layaran telah menempatkan Indonesia di puncak daftar penemuan terbesar di Asia Tenggara dari tahun 2020 hingga 2024.

"Kami juga melihat antusiasme dari sisi investasi. Kami memprediksi bahwa mulai tahun ini dan beberapa tahun ke depan, Indonesia akan memimpin investasi hulu migas di Asia Tenggara, didorong oleh penemuan signifikan dan komitmen pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi," pungkas Dwi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini