Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membeberkan perkembangan aksi korporasi perusahaan-perusahaan pelat merah, mulai dari merger hingga Initial Public Offering (IPO).
Diketahui, aksi korporasi yang rencananya akan direalisasikan seperti merger BUMN sektor karya. Yang saat ini berjumlah 7 Perusahaan, akan diciutkan menjadi 3 perusahaan saja.
Adapun, 7 perusahaan BUMN karya yang dimaksud adalah Tujuh BUMN karya yang dimaksud adalah PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita (Persero), PT PP (Persero), PT Wijaya Karya (Persero), PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).
Baca juga: Dapat Penghargaan dari Presiden Jokowi, Menteri BUMN Erick Thohir Pamer Bareng Eks Anak Buahnya
Kementerian BUMN sedang melakukan klasifikasi terhadap BUMN karya tersebut agar dapat fokus pada tugas masing-masing.
Brantas Abipraya, Adhi Karya, dan Nindya Karya akan digabung menjadi satu perusahaan yang akan fokus pada proyek pembangunan infrastruktur air, rel, dan konteks lainnya.
Sementara Hutama Karya dan Waskita akan mengerjakan proyek jalan tol, non tol, bangunan institusional, dan komersial perumahan.
Sementara, Wijaya Karya dan PT PP akan fokus pada proyek pelabuhan, bandara, hunian atau perumahan, serta Engineering Procurement Construction (EPC).
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengungkapkan, merger atau peleburan memerlukan proses pengkajian hingga diterbitkannya Peraturan khusus terkait aksi korporasi yang dimaksud.
"(Progres merger Hutama Karya-Waskita) Secepatnya aja nunggu. Kan butuh Perpres semua," ungkap Arya Sinulingga saat ditemui di Kementerian BUMN, Selasa (20/8/2024).
"(Untuk BUMN Karya) yang lain kan nanti proses. Yang ini Hutama Karya dan Waskita kayaknya dikejar Oktober," sambungnya.
Terkait langkah IPO, Arya juga menyebut sejumlah BUMN masih memerlukan waktu untuk melakukan eksekusi.
Sebelumnya dikabarkan, beberapa BUMN bakal melakukan IPO.
BUMN yang dimaksud seperti Pertamina Hulu Energi (PHE), Holding BUMN Tambang atau Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), hingga Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata InJourney.
"IPO nggak mungkin (dalam waktu dekat). Tunggu pemerintahan baru," pungkasnya.