Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menargetkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060, membuat sektor-sektor industri juga diwajibkan berperan menurunkan emisi karbon, tidak terkecuali ketenagalistrikan.
Jika sebelumnya industri ketenagalistrikan berupaya meningkatkan elektrifikasi rasio agar seluruh masyarakat bisa memiliki akses listrik, terutama daerah-daerah 3T, target tersebut berubah sejalan dengan fokus NZE pemerintah.
Wakil Ketua Umum 4 Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Andri Doni, mengatakan berubahnya paradigma pembangunan dengan meningkatkan porsi renewable energi atau Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk ketenagalistrikan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.
Baca juga: IESR Minta Bahlil Fokus Tangani Transisi Energi dan Pensiun Dini PLTU
"Ada empat cara yang harus dilakukan di sektor ketenagalistrikan. Pertama membangun pembangkit listrik dengan berbasis energi atau energi terbarukan. Kalau kita lihat 60.000 megawatt yang akan dibangun sampai tahun 2060 itu 75 persennya berasal dari energi baru terbarukan," tutur Andri dalam Press Conference Indonesia Energy and Engineering Series, Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Kedua, selain energi terbarukan juga ada kendala teknis, dimana energi baru terbarukan kebanyakan terdapat di luar Jawa. Sedangkan pusat peradaban Indonesia ada di Jawa.
Oleh karenanya, untuk mengalirkan listrik dari EBT di luar Jawa diperlukan Super Grid atau infrastruktur kelistrikan yang membentang luas.
Yang pertama Super Grid dari Sumatera ke Jawa, dengan panjangnya lebih kurang 1.200 Km yang akan dibangun pada tahun 2029.
Kedua adalah Super Grid dari Kalimantan masuk ke Jawa juga akan dibangun pada tahun 2032 sepanjang 700 Km.
Super Grid ketiga akan dibangun dari Sumba, masuk ke Bali lalu ke Jawa, itu akan dibangun pada tahun 2040 sepanjang 1.400 Km.
"Ketiga itu Smart Grid. Karena untuk mengakomodasi pembagian pembangkit energi, kita mempunyai masalah teknis terutama masalah intermiten. Salah satu mengatasi masalah intermiten ini adalah dengan memiliki Smart Grid di jaringan distribusinya, ini yang akan kita bangun," terang Andri.
Baca juga: Menko Luhut Ungkap Kesiapan Pemerintah dan PLN Terapkan CCS di Sektor Kelistrikan
Keempat, Indonesia juga akan membuka peluang untuk membangun energi baru yang bisa saja dari nuklir, hidrogen termasuk pemanfaatan karbon capture storage.
"Untuk memanfaatkan PLTU kita yang lama dan lain sebagainya, itu juga dibuka kalau tidak salah sampai tahun 2016 hampir dulu 300 megawatt dari energi baru yang akan dibangun," imbuhnya.