Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat kinerja produksi dan lifting minyak nasional mengalami tren penurunan dari tahun ke tahun.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, realisasi lifting minyak pada 2023 tercatat sebesar 605 ribu barel oil per day (BOPD).
Sedangkan, realisasi per Juli 2024 sebesar 568 ribu BOPD, padahal target pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2024 sebesar 635 ribu BOPD.
Sementara, target lifting pada RAPBN 2025 tercatat mengalami penurunan menjadi 605 ribu BOPD.
Baca juga: Analis: Harga Minyak Akan Tetap Tinggi, Ketegangan di Timur Tengah Mungkin Picu Konflik Lebih Luas
"Tahun 2025, lifting minyak disepakati 605 ribu barel per day, turun dibandingkan dengan target 2024 sebesar 635 ribu barel," ungkap Bahlil saat rapat bersama Komisi VII DPR-RI di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
"Mencapai target lifting minyak 2025 merupakan salah satu tugas penting Kementerian ESDM," sambungnya.
Bahlil mengakui, tren lifting terus mengalami penurunan. Untuk itu pihaknya akan mengajak pihak atau mitra terkait seperti Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Pertamina sebagai badan usaha yang bergerak di industri migas, serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
"Ini memang, Pak Pimpinan, kami akan mencoba untuk berbicara dengan SKK Migas, dan Pertamina, dan beberapa KKKS lain yang mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan lifting minyak kita," papar Bahlil.
"Karena memang lagi terjadinya tren, tapi dengan target yang ada mudah-mudahan bisa kita memitigasi berbagai hal yang akan kita lakukan secara teknis," lanjutnya.
Bahlil membeberkan, terdapat sejumlah strategi yang diupayakan agar dapat mencapai target realisasi lifting minyak.
Pertama, mendorong reaktivasi sumur lapangan minyak yang belum tergarap atau idle dengan SKK Migas dan KKKS termasuk Pertamina.
Kedua, mendorong intervensi teknologi. Ketiga itu mendorong proyek minyak baru untuk segera berproduksi.
Keempat, mengawal dan mendukung KKKS yang memiliki volume produksi besar. Kelima, mendukung keekonomian KKKS agar melakukan pengeboran secara optimal diantaranya melalui implementasi Permen ESDM No. 13 tahun 2024 terkait dengan skema gross split baru dan fleksibilitas perubahan gross split menjadi cost recovery.
Dan keenam, memberi dukungan terkait dengan perizinan, seperti Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) di beberapa lapangan minyak.
"Sebagai Menteri ESDM yang baru, saya berkomitmen untuk mencapai target tersebut. Untuk itu perlukan beberapa strategi pendukung," tukasnya.