News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bos AirAsia Ungkap Biang Kerok Harga Tiket Pesawat RI yang Selangit

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEO AirAsia Group Tony Fernandez

TRIBUNNEWS.COM -- CEO AirAsia Group Tony Fernandez akhirnya mengungkapkan alasan tarif pesawat di Indonesia lebih mahal dibanding dengan maskapai tetangganya di ASEAN.

Tony mengungkapkan, ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya biaya tiket pesawat di Indonesia.

Pertama, harga bahan bakar di Indonesia jauh lebih tinggi, sekitar 28 persen lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Baca juga: Harga Tiket Pesawat Diharapkan Turun 10 Persen Mulai Oktober 2024

Kedua, Indonesia juga menerapkan PPN atas pajak bahan bakar, yang semakin menambah beban biaya operasional maskapai.

Tony menjelaskan bahwa kebijakan pembatasan wajar yang diterapkan di Indonesia menyebabkan maskapai harus menurunkan harga tiket untuk mematuhi regulasi.

"Menariknya, pembatasan wajar membuat harga tiket menjadi lebih mahal karena maskapai penerbangan harus menurunkan harga tiket lebih rendah," kata Tony saat acara media roundtable eksklusif yang digelar di Fairmont Hotel Jakarta, Kamis (5/9).

Ironisnya, meskipun pembatasan ini dirancang untuk melindungi konsumen dengan harga tiket yang lebih rendah, pada kenyataannya hal ini justru membuat tiket pesawat menjadi lebih mahal.

Di negara-negara seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand, yang tidak menerapkan pembatasan wajar, harga tiket lebih rendah.

Selain itu, Tony menyoroti masalah lain yang berdampak pada biaya operasional maskapai, yaitu pajak atas suku cadang.

Ketika suku cadang dikirim untuk diperbaiki dan kembali, mereka dikenai pajak yang tidak ditemukan di negara lain. Hal ini secara signifikan meningkatkan biaya operasional maskapai di Indonesia.

Baca juga: Daftar Harga Tiket Pesawat Jakarta-Balikpapan Jelang Peringatan HUT RI di IKN, Termurah Rp1,4 juta

"Kita telah berbicara dengan Kementerian Keuangan selama beberapa tahun untuk menghapus pajak impor sparepart," ujar dia.

Ia juga mencatat bahwa ada dua faktor yang sangat mempengaruhi biaya tetapi tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah, yakni harga bahan bakar dan nilai tukar mata uang.

Dengan dolar AS yang kuat, daya saing Indonesia menurun karena 70 persen dari biaya maskapai berkaitan dengan pemuatan dan bahan bakar.

Untuk mengatasi masalah ini, Tony mengusulkan pembangunan lebih banyak fasilitas perawatan pesawat di Indonesia dan menciptakan zona perdagangan bebas, yang akan membantu menurunkan biaya operasional.

Sementara itu, Veranita Yosephine, Direktur Utama Indonesia AirAsia, menambahkan bahwa adanya hanya satu pemasok bahan bakar di Indonesia merupakan masalah besar.

Di negara-negara lain seperti Malaysia, terdapat dua atau tiga perusahaan pemasok bahan bakar, yang menciptakan persaingan dan mengurangi biaya. "Di Indonesia, ketergantungan pada satu pemasok mengakibatkan biaya yang lebih tinggi karena tidak adanya persaingan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini