TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Indonesia, sektor pertanian berkontribusi 13-14 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dan berpeluang menyerap 30 persen angkatan kerja, terutama di daerah pedesaan.
Sektor ini memberikan lapangan kerja kepada sekitar 25 juta petani kecil dengan luasan lahan di bawah 1 hektare. Namun hasil panenan di sektor pertanian seperti padi masih terbilang rendah, rata-rata hanya 5,2 ton per hektare lahan.
Angka ini masih di bawah rata-rata hasil panenan di negara lain yang sudah mencapai 7 sampai 10 ton.
Baca juga: Agar Tumbuh Berkelanjutan, Kominfo Beri Pendampingan dan Digitalisasi Desa Wisata
Mengatasi hal tersebut, perusahaan agro industri Syngenta bekerja sama dengan Dinas Pertanian di sejumlah daerah membentuk komunitas petani padi yang diberi nama Komunitas 10 Ton.
"Tujuan dari program ini adalah membantu petani mencapai produksi hingga 10 ton per hektar, meningkat dari rata-rata produksi padi nasional 5-6 ton per hektar," kata Fainta Susilo Negoro, Syngenta Indonesia Country Head of Sustainability & Corporate Affairs di acara diskusi media di Jakarta, Kamis, 5 September 2024.
Di komunitas ini petani saling berbagi pengetahuan tentang teknik menanam pagi dengan teknologi terkini untuk memaksimalkan hasil panenan.
Petani diajak mempraktikkan teknik bertani regenaratif untuk menjaga merosotnya kualitas lahan dan menurunnya kadar biodiversity.
Dia menjelaskan, melalui praktik pertanian yang baik, dukungan agronomi yang komprehensif, dan pembelajaran antar-petani, pihaknya optimistis dapat membuka keran potensi yang sangat besar dan mendukung kemajuan sektor pertanian
Indonesia.
CEO Syngenta Group, Jeff Rowe menambahkan, pihaknya menjalin kolaborasi dengan mitra dan pemangku kepentingan lokal untuk mendorong inovasi dan adopsi praktik berkelanjutan.
"Kami bertekad memberikan kontribusi yang berarti pada pertumbuhan dan ketahanan sektor pertanian di Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang masa depan,” kata Jeff Rowe.
Untuk mendukung pengembangan sektor pertanian di Indonesia Jeff mengatakan, pihaknya menerapkan solusi pertanian digital, teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dan teknik pertanian presisi, yang memungkinkan petani mengoptimalkan produksi mereka.
Dengan meningkatkan efisiensi dan mengurangi konsumsi sumber daya, teknologi yang ditawarkan diyakini bisa membantu petani meningkatkan produktivitas hingga 25 persen dan mendorong keberlanjutan.
Baca juga: BAKTI Kominfo Tambah Bandwidth untuk Digitalisasi Seleksi CPNS 2024
Selain itu, ekosistem pertanian tertutup yang dijalankan perusahaan memberikan petani akses yang positif termasuk pengetahuan agronomi, layanan, teknologi, serta akses ke input atau sumber daya pertanian, pembiayaan, dan pasar yang akan meningkatkan pendapatan serta mendorong kesejahteraan petani.
Jeff menjelaskan, dalam konsep kemitraan dengan petani, pihaknya menempatkan petani sebagai fokus utama dari seluruh kegiatan usahanya, yang terwujud melalui kolaborasi strategis yang mendorong mereka berinovasi.
Penerapan teknologi pertanian yang lebih mumpuni hasil riset dan pengembangan yang dijalankan Syngenta, diyakini bisa mendorong terwujudnya pembangunan ketahanan pangan Indonesia.
Upaya memberdayakan petani ditopang melalui penerapan good agricultural practices (GAP), mendukung petani beradaptasi dengan perubahan iklim, menjamin kualitas, keamanan dan peningkatkan mutu produk pertanian serta mewujudkan keberlanjutan.
“Indonesia memegang peranan yang signifikan dalam strategi global kami. Karena itu, kami berkomitmen memajukan keamanan pangan, meningkatkan produktivitas, serta mendorong kesejahteraan petani di Indonesia," tegas Jeff Rowe.