Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Pemerintah tengah mendorong penggunaan biodiesel sebagai upaya mengurangi subsidi solar sekaligus mengurangi emisi.
Saat ini biodiesel 30 (B30) sudah bisa dijumpai masyarakat di banyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU sebagian wilayah Indonesia.
Pemerintah sendiri berencana meningkatkan pemanfaatan kelapa sawit yang menjadi bahan utama pembuatan biodiesel. Dari yang saat ini B30 akan digenjot ke B40.
Baca juga: Amran: Biofuel, Biodiesel adalah Kekuatan Indonesia di Tengah Krisis Energi
Meski masih menjadi rencana, ada sebuah Toyota Kijang Innova Reborn keluaran tahun 2019 telah menenggak B50 untuk operasional sehari-hari.
Unit tersebut milik Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berkantor di Medan, Sumatera Utara. Mobil tersebut sudah lima tahun menggunakan B50 sebagai bahan bakar.
Kabag Usaha Teknologi Hilir dan Lingkungan PPKS Muhammad Ansori Nasution, menerangkan pihaknya sudah sejak 2019 atau terhitung lima tahun menggunakan B50 tanpa kendala sama sekali.
"Sejauh ini nggak ada kendala. Jika dibandingkan dengan mobil yang sama, keluaran tahun yang sama dan kilometer yang sama dari data bengkel resmi, unit yang kita gunakan tidak ada masalah, justru secara emisi lebih bagus," tutur Ansori ditemui Tribunnews.com di pameran Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (13/9/2024).
Menyoal masalah kerak pada filter, dipastikan hal itu tidak dialami Innova Reborn milik PPKS, sebab sejak dibeli dari dealer resmi unit tersebut langsung menggunakan B50.
Untuk isu yang menyebut penggunaan biodiesel membuat filter BBM cepat kotor dibantah oleh PPKS. Menurut penelitian hal tersebut terjadi akibat kotornya ruang bakar dari BBM sebelum biodiesel.
Baca juga: Toyota Bersiap Launching New Fortuner Besok
PPKS menilai kotoran di filter ada dua penyebabnya. Satu adalah air, yang kedua adalah memang kotoran. Kalau dari air, sifat biodiesel ini higroskopis atau mudah menyerap air, nah bisa berasal dari situ. Sumber airnya tadi itu berasal dari solarnya sendiri. Airnya berasal dari solarnya.
Kedua, mobil yang awalnya tidak pakai biodiesel ketika pakai, biodiesel akan membersihkan dulu kotoran maupun karat di mesin.
Karena biodiesel sifat pelarut tadi, kotoran mudah untuk larut dalam biodiesel. Kemudian akan terbawa ke filter. Itu yang membuat filter cepat kotor.
"Misalnya ada mobil lama dan baru pakai biodiesel yang persentasinya tinggi, kotoran-kotoran di dalam tangki akan ikut ke filter. Tapi nanti setelah beberapa waktu, kotoran yang ada di tangki, di selang-selang atau di bahan bakar akan mulai bersih.
Artinya di tahap pertama ada efek pembersihan yang dilakukan oleh biodiesel. Bukan karena biodieselnya yang kotor, bukan," terang Ansori.
Untuk penggantian filter, PPKS melakukannya sesuai buku panduan perawatan kendaraan dari Toyota, setiap 10.000 km dan tidak ada kerak mengendap seperti dikhawatirkan banyak orang.
Untuk mendapatkan B50, PPKS mencampurkan sendiri bahan bakarnya secara manual. Ansori tetap membeli B20 atau bahkan B30 yang ada di SPBU kemudian ditambahkan biodiesel murni atau B100.
"Kalau saat dijalan kita bisanya nemu B30 atau B35. Kalau kita isi 25 liter B35, nanti kira-kira 7,5 liter adalah B100. Kita isi dulu SPBU 25 liter B30 atau B35, masuk ke tangki mobil. Setelah selesai isi, kita masukan 7,5 liter B100. Karena sifat biodiesel ini gampang melarutkan, jadi kita tidak ada treatment khusus untuk dicampur. Tercampur sendiri," jelasnya.