Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan wadah penyimpan makanan berbahan plastik ternama di dunia, Tupperware, telah mengajukan kebangkrutan setelah bertahun-tahun mengalami masalah keuangan.
"Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan sangat terdampak oleh ekonomi makro yang penuh tantangan," kata Presiden dan CEO Tupperware Brands Corporation Laurie Ann Goldman dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN pada Rabu (18/9/2024).
Laurie mengungkap perusahaan akan menyelesaikan masalah keuangan mereka melalui restrukturisasi.
Baca juga: Tupperware Trending di Twitter, Terancam Bangkrut akibat Adanya Persaingan Sengit
Hal itu sebagaimana tercantum dalam Bab 11 Undang-undang Kepailitian Amerika Serikat.
“Proses ini dimaksudkan untuk memberi kami fleksibilitas saat kami mencari alternatif strategis dalam rangka mendukung transformasi kami menjadi perusahaan yang mengutamakan teknologi digital,” kata Laurie.
Tupperware menyatakan bahwa mereka akan meminta persetujuan pengadilan kepailitan untuk terus beroperasi selama proses restrukturisasi berlangsung.
Kepala Keuangan dan Pasar Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter, mengatakan bahwa pesta telah berakhir bagi Tupperware, perusahaan yang sudah berusia 78 tahun.
Sejatinya, Tupperware disebut masih memiliki peluang dalam bisnis penyedia tempat makan berbasis plastik.
Namun, pada era di mana konsumen sudah lebih peka akan lingkungan, Tupperware akan lebih sulit menyegarkan mereknya, mengingat apa yang mereka jual adalah tempat makan berbahan plastik.
Tupperware yang pernah menjadi merek ternama di antara rumah tangga, saat ini disebut kurang populer di kalangan konsumen muda, berbeda dengan beberapa pesaingnya.
Adapun sinyal kebangkrutan Tupperware sudah dibunyikan sejak April 2023. Kala itu perusahaan mengungkapkan potensi adanya kebangkrutan.
Baca juga: Tupperware Ajukan Kebangkrutan, Utang Menumpuk, CEO Baru Gagal Perbaiki Kinerja
Pada saat itu, Tupperware mengatakan jika mereka tidak bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak, perusahaan tidak akan bisa lagi mendanai biaya operasional mereka.
Namun, pada saat itu Tupperware berhasil menemukan jalan keluar.
Empat bulan setelah itu, mereka mencapai kesepakatan dengan para kreditornya untuk mengurangi kewajiban pembayaran bunga sebesar 150 juta dolar AS.
Perusahaan juga memperoleh pembiayaan baru sebesar 21 juta dolar AS, perpanjangan tenggat waktu untuk membayar utang sekitar 348 juta dolar AS, dan pengurangan jumlah utang sekitar 55 juta dolar AS.
Sayangnya, keuangan perusahaan masih menurun setelah kesepakatan tersebut.
Tupperware telah menutup satu-satunya pabriknya mereka di Amerika Serikat yang berlokasi di South Carolina pada tahun ini dan mengakibatkan 148 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Sebagai tambahan informasi, saham Tupperware telah anjlok 74,5 persen tahun ini dan terakhir diperdagangkan hanya pada harga 51 sen.