"Kami berusaha melakukan tiga hal di Kadin Indonesia. Pertama, meningkatkan kemitraan publik-swasta, dan melibatkan banyak BUMN. Kedua, kita perlu melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan internasional untuk bekerja sama dengan Indonesia, karena Indonesia membutuhkan banyak kerja sama, investasi, dan ekspor. Ketiga, memberdayakan usaha kecil dan menengah, yang merupakan 90?ri perusahaan di Indonesia," ujar Anindya.
Anindya menambahkan, hal baik mengenai pemerintahan Prabowo ke depan dalah merupakan kesinambungan dari Presiden Joko Widodo.
Anindya mengakui melihat kemajuan yang nyata atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,5%.
"Dan fokus Pak Prabowo sebagai presiden adalah pada reformasi struktural, infrastruktur digital, dan transisi energi serta peningkatan nilai tambah ekonomi,” tambahnya.
Anindya selaku CEO Bakrie & Brothers berharap pemerintahan Prabowo – Gibran juga memfokuskan pada hilirisasi critical minerals.
"Indonesia memiliki banyak critical minerals seperti nikel, tembaga, dan timah yang termasuk lima teratas di dunia, serta potensi energi terbarukan hingga 500 gigawatt. Kita juga memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dilindungi dan dikapitalisasi untuk mendukung pertumbuhan industri," ungkapnya.
Ketika ditanya mengenai tanggapannya terhadap potensi kebijakan Pemerintahan Prabowo – Gibran terkait perdagangan bebas (FTA) dengan Amerika Serikat, Anindya Bakrie mengaku optimistis.
“Saya pikir Pak Prabowo akan memperkuat FTA dengan AS. Karena apa yang kita lihat, Presiden Prabowo memiliki kesempatan—secara geopolitik—untuk menunjukkan Indonesia sebagai pemimpin Global South, tak hanya sebagai pemimpin Asia Tenggara, tetapi juga sebagai faktor penyeimbang antara “Timur” dan “Barat” yang justru dibutuhkan dunia.
Dan melihat rekam jejak beliau (Prabowo) dalam membangun diplomasi di masa lalu, termasuk sebagai Menteri Pertahanan saat ini, kita tidak bisa mengatakan hal lain selain optimis tentang apa yang bisa Indonesia lakukan ke depan.”