Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto berpendapat, pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis point menjadi 6 persen menjadi sinyal yang baik untuk perekonomian Indonesia.
Pemangkasan suku bunga BI juga sejalan dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed yang juga memangkas suku bunga kebijakannya pada September 2024 ini.
"Ya kalau itu kan signal bagus, karena sebelumnya kan BI udah nurunin juga. Jadi kalau The Fed udah bisa nurunin, kita berharap arus kapital bisa masuk kembali ke Indonesia. Dan ini kelihatan signalnya untuk capital market juga bagus, positif," kata Airlangga kepada wartawan di Gedung Ali Wardhana, Jumat (20/9/2024).
Airlangga menyatakan bahwa penurunan suku bunga BI dan Bank Sentral AS dinilai bakal mendorong investasi di Indonesia. Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini bakal diatas 5 persen di tahun 2024.
Baca juga: Perbankan Bersiap Turunkan Suku Bunga
"Sehingga kita bisa melihat angka-angka terhadap ekonomi makro nanti akan suasananya kondusif. Dan ini baik untuk investasi ke depan," ucap dia.
"(Pertumbuhan ekonomi) Insya Allah di atas 5 persen," imbuhnya menegaskan.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis point menjadi 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis points menjadi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 basis point menjadi 6,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, penguatan dan stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00 persen," kata Perry dalam RDG Bulanan, Rabu (18/9/2024).
Perry menyatakan bahwa ke depan, Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar Rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi.
Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Menurutnya, kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
"Kebijakan sistem pembayaran diarahkan juga untuk turut mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan dan UMKM, memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," ujarnya.