Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan berbagai penyebab yang membuat kinerja pertanian, khususnya produksi padi menurun.
Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Marginal, Anny Mulyani mengungkapkan, setidaknya terdapat 10 penyebab yang membuat produksi padi menyusut.
Hal ini diungkapkan dalam acara Focus Group Discussion dengan tema Perluasan Lahan Sawah Sebagai Kunci Menuju Kedaulatan Pangan, yang berlangsung secara daring, Senin (7/10/2024).
Pertama, turunnya produksi padi disebabkan volume pupuk dikurangi hingga 50 persen.
Baca juga: Wujudkan Kesejahteraan Petani Lewat Tanam Padi Berbasis Biostimulan di Karawang
Kedua, 17 hingga 20 persen petani tidak bisa menggunakan kartu tani.
"Ketiga, petani hanya diberi pupuk 1 kali tanam. Keempat, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Jawa, 30 juta orang tidak boleh menerima pupuk. Dan kelima, alat dan mesin pertanian (alsintan) banyak sudah tua," ungkap Anny dalam paparannya.
Ia melanjutkan, masih ada berbagai permasalahan yang menghambat produksi padi dalam negeri.
Keenam, fenomena tingginya suhu muka air laut atau Elnino, yang melanda wilayah Indonesia.
Ketujuh, Kementan mencatat bahwa sebanyak 60 persen saluran irigasi kondisinya perlu diperbaiki.
Kedelapan, jumlah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) jumlahnya hanya sedikit. Kementan mencatat jumlahnya 50 persen dari kebutuhan.
"Kesembilan, jumlah bibit unggul berkurang. Dan yang kesepuluh adalah anggaran yang jumlahnya menurun," pungkasnya.
Padahal, sektor pertanian nasional perlu diperkuat. Mengingat, terdapat tantangan pertanian di masa depan.
Di mana, terdapat 3 tantangan besar yang akan menghadang.
"Yakni soal jumlah penduduk global dan Indonesia yang terus meningkat, ketersediaan sumber daya alam yang kian terbatas, dan perubahan iklim," pungkasnya.
Sebagai informasi, Produksi beras nasional pada 2023 turun. Tahun itu, produksi beras hanya 30,2 juta ton, turun dari tahun sebelunmya yang sebesar 31,5 juta ton.
Padahal, kebutuhan beras di dalam negeri per bulan, tercatat mencapai 2,6 juta ton beras atau setara dengan 5,2 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), atau area luas panen seluas satu juta hektare.