Laporan Wartawan Tribunnews.com Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perdagangan internasional masih menjadi motor bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun.
Namun, aktivitas ekspor dan impor menghadapi tantangan besar seperti kompetisi di pasar hingga trade barrier.
Pemerintah Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir aktif dalam merundingkan berbagai perjanjian perdagangan global untuk membuka akses baru bagi produk lokal dan memperkuat posisi negara di pasar internasional.
Salah satunya, Indonesia bergabung dalam perjanjian ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang membuka peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor.
Menurut pengamat ekonomi dan dosen Universitas Esa Unggul, Jakarta, Lia Amalia, tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan internasional adalah ketergantungan pada komoditas mentah.
Baca juga: Neraca Perdagangan RI Surplus 53 Bulan Beruntun, di September 2024 Sebesar 3,26 Miliar Dolar AS
"Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas seperti batu bara, minyak sawit, dan hasil tambang lainnya. Padahal, untuk meningkatkan daya saing di pasar global, Indonesia harus mulai bergerak menuju diversifikasi produk ekspor," ujar Lia dalam keterangan tertulis dikutip Jumat, (18/10/24).
Lia Amalia menambahkan, diversifikasi ini tidak hanya berarti mengembangkan sektor-sektor baru, tetapi juga melakukan inovasi pada produk yang sudah ada.
"Negara-negara maju yang kita hadapi di pasar internasional memiliki produk bernilai tambah tinggi, didukung oleh teknologi yang canggih. Indonesia perlu meningkatkan kapasitas inovasi, terutama di sektor manufaktur, untuk bisa bersaing di panggung global," jelasnya.
Menurut Lia, RCEP dan ATIGA memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar, tetapi kesuksesan tidak bisa diraih tanpa peningkatan kualitas dan nilai tambah produk.
"Kita harus mulai memanfaatkan teknologi dan rantai pasok global secara lebih efektif. Sektor-sektor seperti manufaktur, produk teknologi, dan pertanian yang diproses harus mendapat perhatian lebih untuk menciptakan produk dengan daya saing yang lebih tinggi," lanjutnya.
Menurut dia, Indonesia memiliki potensi besar untuk lebih bersinar di perdagangan internasional asalkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat bekerja sama dalam meningkatkan daya saing.
"Diversifikasi dan inovasi adalah kunci utama. Jika kita bisa mengatasi ketergantungan pada komoditas dan mulai menciptakan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi global yang lebih diperhitungkan," tambahnya.
Dengan fokus pada peningkatan kualitas produk, diversifikasi sektor ekspor, serta penguatan infrastruktur dan logistik, Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan berbagai peluang perdagangan internasional yang ada, sekaligus mengatasi tantangan yang muncul di era globalisasi ini.(fin)