News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Badai PHK

Kondisi Industri Tekstil Memprihatinkan, Permintaan Merosot, 1 Pabrik di Karawang Tutup

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja dalam konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2024) malam.

"Harusnya 1-2 bulan ini kalau pedagang ini ada opportunity nih (sebelum) PPN naik. Harusnya pedagang apa? Beli barang. Tapi nyatanya sampai hari ini demandnya bukan naik, malah permintannya dari minggu ke minggu ini turun," tutur Jemmy.

Dalam kesempatan sama, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bob Azam menilai seharusnya negara yang membutuhkan industri TPT, bukan malah sebaliknya.

Menurut dia, industri TPT sangat penting untuk mendistribusikan kesejahteraan.

Industri ini dibutuhkan negara karena dapat berkontribusi dalam pemerataan pendapatan.

"Jadi sebenarnya bukan industri TPT yang membutuhkan negara, tapi negara yang membutuhkan industri TPT," kata Bob.

Jika pendapatan per kapita Indonesia sudah lebih tinggi seperti di sekitar 8 ribu dolar AS sampai 9 ribu dolar AS, mungkin pemerintah baru bisa berpikir untuk beralih ke industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

Namun, sekarang posisinya pendapatan per kapita Indonesia belum mencapai angka segitu.

Ia menjelaskan bahwa keberadaan industri padat karya seperti tekstil untuk di negara dengan pendapatan per kapita yang rendah seperti Indonesia, masih dibutuhkan. 

"Kita tuh merasa kok kayak dibalik-balik kayak kita yang memohon-mohon. Mestinya negara yang membutuhkan industri padat karya," ujar Bob.

"Kita masih punya saudara-saudara kita yang pendidikan yang menengah bawah, masih banyak butuh pekerjaan," pungkasnya.

Asia Pasific Hentikan Sementara Pabrik di Karawang

PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) menghentikan sementara salah satu unit produksi pabrik kimia dan serat di Karawang, Jawa Barat mulai 1 November 2024 lalu.

Perusahaan menghadapi tren penurunan operasi hingga kuartal III-2024, di mana utilisasi perusahaan diperkirakan berada di bawah level 40 persen.

"Faktor eksternal berupa kelebihan pasokan global masih menjadi penyebab turunnya permintaan," urai Direksi Perseroan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/11), dikutip dari Kontan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini