Erwin menjelaskan, serapan ikan tilapia mencapai 1,43 juta ton pada tahun 2023. Sementara ekspor tilapia Indonesia pada tahun yang sama mencapai 11.166 ton dengan nilai USD 81,77 juta.
'Pertumbuhan nilai ekspor pada periode 2017-2023 mencapai 6,7 persen.
“Untuk menjadi pemain sukses di pasar global, sinergi dan kolaborasi yang solid dari hulu hingga hilir menjadi sangat penting,,” tambahnya.
Senada dengan Erwin, Direktur Ikan Air Tawar, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP Ir. Ujang Komarudin, M.Sc. mengungkapkan, tilapia saat ini menjadi salah satu dari lima komoditas unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Ini adalah peluang besar untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” ujarnya.
Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS, mengatakan, ikan tilapia berperan dalam sistem pangan global.
“Indonesia merupakan produsen ikan tilapia terbesar kedua di dunia setelah Cina. Industri tilapia memiliki multiplier effect yang besar, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Diskusi ini juga menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas), Food Agriculture Organization (FAO), IPB University, Universitas Sumatera Utara, dan perwakilan industri lainnya.
Diskusi ini diharapkan dapat mendorong sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi untuk memperkuat sektor perikanan Indonesia.
PT Aqua Farm Nusantara saat ini menjadi produsen ikan tilapia premium di Indonesia dengan pendekatan bisnis yang keberlanjutan.
Ikan tilapia memiliki potensi besar, selain kaya protein, juga menjadi pilihan pangan bernilai gizi tinggi yang mampu mendukung pembangunan sumber daya manusia Indonesia.