"Tak heran kalau banyak yang underdiagnosed," tulisnya.
"Kenapa gue bilang banyak yang underdiagnosed (jumlah angka official jauh lebih kecil dari jumlah kasus real di lapangan)?".
Menurutnya, hal itu terjadi karena tidak semua orang bisa cek dan bersedia ngecek.
Baca: Aktor Pemain Game of Thrones, Kristofer Hivju, Positif Virus Corona
Baca: Update Pasien Virus Corona di Indonesia: 9 Orang Dinyatakan Sembuh dan Boleh Pulang
Selain itu, fasilitas rumah sakit yang masih sangat terbatas juga menjadi kendala lain.
Tak hanya itu, ketidakmampuan petugas medis dalam melakukan tes swab juga menjadi persoalan.
"Sekedar informasi, pelayanan kesehatan kita buat mengatasi Covid-19 masih belum siap."
"Di Indonesia, anda bisa tes corona adalah sebuah privilege, karena nggak semua orang bisa tes."
"kenapa sih gue bilang privilege?"
"Ya karena kalau lo nggak pernah keluar negeri atau kontak dengan pasien positif, besar kemungkinan nggak bakal di cek," terang Fachri.
Fachri juga menyinggung soal pemerintah yang tidak terbuka terhadap informasi pasien virus corona di Indonesia.
"Beda dengan Singapura yang kita bisa tahu riwayat perjalanan si pasien, so far petanya cuma menerangkan lokasi asal dari pasien dan suspect."
"Akhirnya banyak orang yang nggak aware buat meriksa."
"Padahal memeriksa itu penting dan semakin banyak sampel semakin mendekati keakuratan," tulisnya.
Lantaran itu, ia meminta agar Kementerian Kesehatan mengizinkan setiap daerah untuk melakukan pengetesan corona.
Ia juga meyampaikan harapannya untuk masyarakat agar lebih menjaga kebersihan dan menerapkan social distancing.
Ia juga meminta agar pemerintah lebih serius menangani Covid-19.
"Alat pelindung diri tenaga medis lebih diperhatikan, fasilitas medis lebih disiapkan agar tidak kewalahan," tulis Fachri, dalam keterangan tertulisnya kepada Tribunnews.com.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)