News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Untuk Pertama Kali, China Laporkan Tak Ada Pasien Positif Corona

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pekerja dari dinas kebersihan dan desinfeksi menyemprotkan desinfektan di kereta sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran virus baru yang berasal dari kota Wuhan di Cina di stasiun kereta api Suseo di Seoul pada 24 Januari 2020. Korea Selatan pada 24 Januari mengkonfirmasi kasus kedua dari virus seperti SARS yang telah menewaskan sedikitnya 26 di Cina, karena kekhawatiran meningkat tentang wabah yang lebih luas.

TRIBUNNEWS.COM - Untuk pertama kali, China melaporkan nol infeksi alias tidak ada pasien positif virus corona sejak wabah ini terjadi.

Komisi Kesehatan Nasional setempat mengatakan, ini adalah kali pertama Provinsi Hubei, tempat penyakit ini pertama kali muncul, tidak ada kasus baru.

Namun secara nasional, ada 34 infeksi baru, yang semuanya berasal dari luar negeri alias imported case.

Jumlah kematian juga turun menjadi satu digit, yaitu delapan pasien, sehingga total korban tewas di China menjadi 3.245.

Mereka juga mengatakan, 23 kasus dugaan baru telah dilaporkan, dengan jumlah total infeksi sekarang mencapai 80.928.

Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 beraktivitas saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru. (AFP/STR/CHINA OUT)

Baca: Pasien Suspect Corona Asal Sukoharjo Sempat Periksa ke RS Lain sebelum Meninggal di RS Moewardi

Sebanyak 70.420 pasien pun telah pulih.

Komisi tersebut merilis angka infeksi harian di Hubei sejak 10 Januari dan data nasional sejak 20 Januari.

Di lokasi lain, jumlah pasien yang terinfeksi virus corona semakin meningkat dan telah menjadi pandemi global.

Italia melaporkan 3.526 kasus baru dalam semalam.

Jerman menemukan 4.070 kasus dan Spanyol melaporkan 4.719 kasus baru.

Adapun Amerika Serikat juga melaporkan 1.875 kasus baru.

Sayangnya, para kritikus mempertanyakan keakuratan data yang dirilis pemerintah China.

Seorang paramedis laboratorium menguji sampel virus di Laboratorium Hengyang, Provinsi Henan pusat Kota Cina. Rabu (19/02/2020). Data terakhir tercatat korban tewas akibat epidemi virus coronavirus COVID-19 melonjak menjadi 2.112 dan pada Kamis (20/02/2020) ada 108 orang lagi meninggal di Provinsi Hubei, Kota pusat penyebaran yang paling parah dari wabah Corona tersebut. (STR/AFP)/China OUT (AFP/STR)

Baca: Jokowi Sudah Dengar Desakan Terawan Mundur, Pramono: Kita Tak Boleh di Kondisi Saling Menyalahkan

Pasalnya, ada beberapa kriteria diagnostik yang berubah.

Para profesional medis baik di China maupun di luar negeri juga mempertanyakan apakah pihak Beijing menutupi epidemi.

Terutama pada tahap awal, setelah kasus pertama di China ditelusuri kembali pada November 2019.

Padahal dokter di China menyadari, mereka sedang menghadapi penyakit ini pada akhir Desember 2019.

Zhong Nanshan, seorang ahli epidemiologi Tiongkok terkemuka mengatakan, tanpa intervensi yang kuat, coronavirus tidak akan dihilangkan.

"Saya pikir banyak negara harus mengambil tindakan berdasarkan mekanisme intervensi yang ditemukan oleh Tiongkok."

Video para pekerja medis di Wuhan, Cina, saat melepas masker menjadi viral. (Twitter.com/@redfishstream)

Baca: Virus Corona Mewabah, Chika Jessica Bagikan Masker Gratis di Tanah Abang

"Kontrol hulu adalah cara kuno tetapi efektif," kata Zhong dalam konferensi pers, Rabu (18/3/2020), melansir dari South China Morning Post.

Menurut Zhong, ada empat hal yang penting dalam pengendalian virus Covid-19.

"Poin inti adalah empat dini yaitu pencegahan dini, deteksi dini, diagnosis dini, dan karantina dini," ungkapnya.

Kematian global akibat penyakit mematikan ini juga mencapai 8.000, yang sebagian besar berasal dari Tiongkok.

Lebih dari 200.000 orang di seluruh dunia kini telah terinfeksi oleh virus corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pusat pandemi kini telah pindah ke Eropa.

Jumlah kasus di Italia dan negara-negara lain di benua itu melonjak.

Suasana di distrik Porta Nuova yang sepi di Milan pada 12 Maret 2020, ketika Italia menutup semua toko kecuali apotek dan toko makanan dalam upaya putus asa untuk menghentikan penyebaran virus corona yang telah menewaskan 827 di negara itu hanya dalam waktu singkat. dua minggu. (Miguel MEDINA / AFP)

"Sekarang Eropa sedang mengalami gelombang pertama wabah. Jumlah kasus yang dikonfirmasi masih akan bertambah."

"Saya sarankan mereka mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk bertahan."

"Mereka harus menguji dan mengarantina keluarga, tidak melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, jangan menunggu sampai gejala muncul," kata Zhong.

Zhong juga mengatakan, China telah 'membayar' harga tinggi dalam pengendalian wabah corona.

"Saya tidak mengatakan cara (China) adalah satu-satunya cara atau cara terbaik."

"Situasi bervariasi dari satu negara ke negara. China telah 'membayar' harga tinggi pada ekonomi, untuk membuat masyarakat menjadi sehat," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini