TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 130 juta wanita melahirkan di seluruh dunia setiap tahun.
Selama kehamilan, perubahan dalam sitem kekebalan tubuh membuat wanita pada umumnya rentan terhadap infeksi pernapasan.
Tahun ini, wanita hamil terpaksa lebih khawatir karena adanya virus corona alias Covid-19.
Sebagai catatan, Covid-19 merupakan virus yang dapat mempengaruhi paru-paru dan saluran pernapasan seseorang.
Melansir Time, pemerintah Inggris mengumumkan pada Senin (23/3/2020), wanita hamil berada pada peningkatan risiko penyakit Covid-19.
Dalam konferensi pers, Kepala Petugas Kesehatan Masyarakat Inggris, Chirs Whitty menerangkan hal tersebut.
Whitty mengatakan orang dalam kategori berisiko tinggi harus tinggal di rumah selama 12 minggu.
Termasuk orang dengan usia di atas 70 tahun dan orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya, serta wanita hamil.
Lebih lanjut, Whitty mengimbau agar wanita hamil tersebut sebagai tindakan pencegahan.
"Karena kami masih awam dalam pemahaman tentang virus ini, dan kami ingin memastikan," terang Whitty.
Baca: Pemprov Bali Umumkan Enam PDP Positif Covid-19, Dua di Antaranya WNI Asal Bali
Baca: Covid-19: Tanggung Jawab Media Versus Nilai Ekonomi
Tak Ada Bukti
Namun, ini tidak sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh pejabat kesehatan masyarakat lainnya.
Selama jumpa pers pada 16 Maret 2020, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus angkat bicara.
"Tidak ada bukti, wanita hamil datang dengan tanda atau gejala yang berbeda atau berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah," ungkap Tedros.
Lebih jauh, menurut Dokter umum Dr Amir Khan, dari Kota Bradford di Inggris utara memberikan komentarnya terkait hal ini.
“Siapa pun yang immunocompromised, seperti wanita hamil, berisiko lebih tinggi mengalami hal-hal seperti pneumonia dan gangguan pernapasan. Itu risiko nyata," ungkap Dr Amir Khan yang juga dosen senior di Leeds dan Bradford University.
Terlalu Dini Sebut Risiko
Data demografis khusus menunjukkan, terlalu dini mengatakan dengan pasti apakah virus corona merupakan ancaman terutama bagi wanita hamil.
"Tampaknya wanita hamil yang terinfeksi covid-19 tidak memiliki penyakit yang lebih parah daripada populasi umum," kata Asisten Profesor Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Standford, Cynthia DeTata.
"Kita tahu flu musiman, infeksi SARS, dan MERS sebelumnya lebih parah pada wanita hamil," tambahnya.
Baca: Penularan Corona Bisa Tanpa Gejala, Berikut Cara Mengujinya Melalui Tes Covid-19
Baca: UPDATE Covid-19 di Aceh: Belum Ada yang Positif Corona, 187 ODP, 31 PDP
Analisis WHO
Sebelumnya, pada 28 Februari 2020, WHO menerbitkan analisis yang menunjukkan data 147 wanita hamil.
Diketahui, 64 di antaranya dipastikan memiliki covid-19.
Dan 82 lainnya diduga memiliki covid-19, sisanya tidak memiliki gejala.
Data tersebut menunjukkan 8 persen wanita hamil memiliki kondisi parah dan 1 persen sakit kritis.
Sebagian besar orang (sekira 80 persen) pulih dari penyakit tanpa perawatan khusus.
Tetapi, menurut WHO satu dari setiap enam orang yang menderita Covid-19 menjadi sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)