Kekhawatiran Imam juga mengarah kepada wabah corona nanti ketika bulan Ramadhan.
Menurutnya, masyarakat harus sejak sekarang didisiplinkan agar nantinya penularan tidak semakin parah akibat sikap nekat saat bulan Ramadan.
"Saya tuh ketar-ketir terhadap saudara-saudara kita yang sebangsa, yang menganggap enteng terhadap apa yang terjadi," kata Imam.
"Apalagi nanti jika puasa, kita harus ada persiapan bagaimana memberi kesadaran ibadah," sambungnya.
Sebagai pemeluk agama Islam, Imam mengaku dirinya juga pasti akan sulit untuk tidak melakukan ibadah salat tarawih berjemaah di masjid.
"Saya sebagai orang muslim tentu tarawih berjamaah, itu satu hal yang sulit sekali untuk tidak dilakukan, karena sudah terbiasa," kata Imam.
Baca: Orang Psikosomatis Bisa Ikut Merasa Sakit saat Baca Kabar Corona, Psikiater: Pilah-pilihlah Berita
Baca: Deretan Fakta ASN Nekat Curi Masker di RS, Sudah 4 Kali Beraksi, Barang Dijual Harga Puluhan Juta
Namun Imam menyadari jika para muslim tetap nekat untuk melakukan ibadah yang berkerumun, maka korban corona akan semakin banyak dan rumah sakit semakin kewalahan.
"Tetapi kalau masih dilakukan juga, risikonya (besar). Orang sekarang (pasien) sudah 800-an lebih," kata Imam.
"Dan ini bayangkan kalau itu terekskalasi dalam jumlah yang jauh lebih besar, yang akan kolaps adalah rumah sakitnya," sambungnya.
Belum lagi jika masyarakat Indonesia dari kota besar nekat mudik ke kampung halaman.
Bisa jadi mereka sudah terpapar corona atau terpapar dalam perjalanan sehingga menularkan kepada seluruh saudaranya di kampung.
"Apalagi nanti mudik. Kebayang enggak kalau misal masyarakat kita tidak terlalu peduli bahwa ini adalah sesuatu yang berbahaya," ujar Imam.
"Dan kemudian mudik dalam situasi yang mungkin terpapar dalam perjalanan dan menulari seluruh saudara," imbuhnya.
Membayangkan kemungkinan buruk akibat kenekatan orang Indonesia membuat Imam stres.