"Itu membuat saya stres. Bukan karena virusnya saja, tapi ini perilaku kita," aku Imam.
Imam awalnya sempat pesimis akan ada banyak muslim yang menentang imbauan salat Jumat diganti salat duhur dirumah.
Namun ia mengaku senang ketika perlahan sudah banyak masyarakat yang sadar untuk tidak lagi salat Jumat di masjid.
Ia berharap kesadaran ini juga akan bertahan saat bulan puasa nanti.
Psikiater jelaskan soal psikosomatis
Dalam tayangan tersebut, psikiater, dr Danardi Sosrosumihardjo menceritakan di tengah corona yang mewabah ini menimbulkan kecemasan pada banyak orang hingga paranoid.
Kecemasan tak hanya bersarang di pikiran, tapi bisa terwujud berupa penyakit fisik.
Hal ini bisa menyebabkan gejala psikosomatis di mana seseorang terpengaruh pikirannya sendiri sehingga tidak menyadari keadaan yang sebenarnya.
"Jadi tanda-tanda kecemasan itu bisa diwujudkan dalam gejala psikisnya, apakah waswas, khawatir, sampai parno," kata Danardi.
"Atau juga diwujudkan dalam bentuk fisiknya. Ada teman mengatakan, itu gejala psikosomatis, itu benar," sambungnya.
Danardi menyebut ada banyak pasiennya yang mengklaim memiliki gejala layaknya corona.
Dan setelah diperiksa fisiknya secara medis, ternyata tidak ada gejala apa-apa seperti yang dikeluhkan.
"Bahwa kemudian mencocok-cocokkan dengan gejala Covid-19," kata Danardi.
"'Saya kok jadi batuk kering ya dok? Saya kok jadi demam?' padahal ketika dipriksa suhunya normal."