News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

WHO Tegaskan Corona Berasal dari Kelelawar, Bukan Buatan Labolatorium

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah empat fakta sup kelelawar, kuliner ekstrem dari Wuhan, China yang diduga menjadi penyebar virus corona.

TRIBUNNEWS.COM - Saat konferensi pers di Jenewa, Swiss pada Selasa (21/4/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa Covid-19 tidak berasal dari labolatorium.

Menurut pihak WHO, bukti yang ada sudah menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 berasal dari hewan di China pada akhir tahun lalu.

Selain itu virus yang telah menjadi pandemi ini bukan merupakan hasil manipulasi dan produksi di dalam labolatorium, sebagaimana dikutip dari USA Today.

"Kemungkinan besar, kemungkinan, bahwa virus itu berasal dari hewan," kata juru bicara WHO Fadela Chaib.

Baca: Hasil Tes PCR PDP Aneh, Gugus Tugas Covid Buleleng Bali Laporkan Kasus ke WHO

Baca: Isu Covid-19 Bocor dari Lab di Wuhan, WHO Buktikan Corona Berasal dari Hewan

Pernyataan WHO ini menyusul tuduhan Presiden AS, Donald Trump dan sejumlah pejabat Partai Republik yang menuduh pusat penelitian Wuhan menjadi sumber Covid-19.

Sejatinya keyakinan bahwa virus ini adalah buatan manusia karena dikaitkan dengan program biowarfare China yang disetop para ilmuwan.

Selanjutnya, muncul skenario kedua yang mengatakan bahwa virus alami kelelawar itu menyebar karena ada kelelawar yang diteliti kabur dari labolatorium.

Dari kiri Direktur Program Health Emergencies World Health Organization (WHO) Michael Ryan, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan WHO Technical Lead Maria Van Kerkhove menghadiri jumpa pers mengenai virus corona atau COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa Swiss, Rabu (11/3/2020). Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan penilaian bahwa virus corona jenis baru (COVID-19) sebagai pandemi. (Photo by Fabrice COFFRINI / AFP) (AFP/FABRICE COFFRINI)

Skenario ini yang menjadi catatan adalah kelalaian sistem pusat penelitian Wuhan yang buruk.

Kemudian gagasan virus buatan juga didasarkan bukti sejarah tidak langsung dari China.

Seperti halnya cerita bahwa Institut Virologi Wuhan mempelajari virus corona pada kelelawar.

Dimana menjadi terhubung karena labolatorim berada di pusat wabah pertama kali ditemukan.

Beberapa catatan keselamatan pada labolatorium China juga menjadi dasar lain pada anggapan AS.

Chaib mengatakan masih ada pertanyaan tentang bagaimana tepatnya virus corona menjangkiti lain spesies, dari hewan ke manusia.

Akan tetapi inang pada hewan perantara adalah penjelasan yang paling mungkin.

Dia mengatakan, virus corona penyebab penyakit Covid-19 kemungkinan besar memiliki reservoir ekologis pada kelelawar.

Sebelumnya, pemerintahan Trump menuduh WHO telah gagal merespons wabah Covid-19 di China sehingga menyebar luas di penjuru dunia.

Selain itu, pihak Trump menilai WHO tidak siap, terlambat memberi tahu lebih awal terkait bahaya pandemi, dan menutupi kejanggalan kasus di China.

WHO membantah semua tuduhan itu.

Sebagian besar ahli kesehatan masyarakat juga tidak setuju dengan kritik spesifik administrasi Trump terhadap WHO.

Kendati demikian, para ahli sadar bahwa bahwa organisasi tersebut membutuhkan reformasi dan kurang transparansi.

Sayangnya, tuduhan Trump berujung pada tindakan yang lebih nyata yakni memberhentikan aliran dana.

Padahal selama ini Amerika Serikat adalah penyokong dana terbesar bagi organisasi kesehatan PBB ini.

Kritikan pada Trump datang dari berbagai lini, mulai dari pemimpin negara hingga tokoh dunia.

Bahkan pemilik raksasa Microsoft, Bill Gates menambah dana bantuan kepada WHO karena keputusan Trump itu.

The Washington Post melaporkan pada akhir pekan bahwa pejabat Amerika yang bekerja dengan WHO mengirim kembali informasi ke Gedung Putih tentang penyebaran virus pada awal Januari lalu.

Hingga Rabu (22/4/2020) virus corona telah merebak di 21 negara.

Setidaknya 2.572.835 manusia di dunia telah terjangkit virus asal China ini.

Ada 178.553 orang yang meninggal dunia sementara 701.580 berhasil sembuh.

Amerika Serikat masih menjadi negara dengan total kasus infeksi dan kematian Covid-19 terbanyak di dunia.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini