TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Disaat orang-orang sibuk melengkapi diri dengan masker maupun hand sanitizer sebagai penangkal virus corona untuk tetap bisa beraktivitas.
Hal ini tidak berlaku bagi para pekerja sektor informal, seperti pak ogah atau polisi cepek di persimpangan jalan.
Sahroni misalnya, dia hanya melengkapi diri dengan masker dan tongkat pengatur lalu lintas.
Baca: Pandemi Covid-19 Berakhir Jika Jumlah yang Meninggal Semakin Menurun Sampai Dua Minggu
Pantauan Tribunnews.com, Sabtu (25/4/2020) selama mengatur lalu lintas di persimpangan Kalimalang, perbatasan Bekasi-Jakarta, pria 40 tahun ini hanya berbekal masker tanpa pelindung lain termasuk sarung tangan.
Alih-alih mengganti masker kainnya setiap empat jam sekali sesuai protokol kesehatan, masker itu hanya diganti per hari.
Terkadang, Sahroni membiarkan maskernya terlepas, hanya menutupi mulut.
"Pas rame-rama corona ini aja jadi pakai masker. Pemerintah kan suruh pakai masker kain, tapi saya gantinya sehari-sekali. Kadang suka gak betah juga, dilepas. Lama-lama enggap pakai masker," kata Sahroni.
Baca: Bos Yamaha Percaya Valentino Rossi akan Tunda Masa Pensiun
Ditanya apakah Sahroni membawa hand sanitizer di tas kecil berwarna biru yang disempangkan di dadanya? Ayah dua anak ini mengaku tidak pernah membeli hand sanitizer.
"Kalau masker punya, kalau hand sanitizer gak ada. Gak pernah beli juga, apalagi kan harganya sekarang mahal. Mending uangnya buat beli lauk," ucap Sahroni.
Lantas bagaimana Sahroni melindungi dirinya dari penyebaran virus corona? Sahroni menjawab dia hanya rajin membersihkan diri.
"Ya paling seperti ini, pakai masker sih pasti. Terus sampai rumah langsung mandi, cuci tangan, itu aja. Sebenernya sih takut juga ada virus seperti ini. Siapa sih yang gak takut, ngelawan virus yang nggak keliatan. Bismillah saja tiap berangkat," tambahnya.