TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggagas Kongres Diaspora Indonesia Dino Patti Djalal menyebut pemerintah sebaiknya memanfaatkan jaringan internasional dan menguatkan diplomasi vaksin Covid-19.
Hal itu untuk mengantisipasi banyak negara yang berlomba untuk mendapatkan vaksin yang masih dalam tahap penelitian itu.
Baca: Terdesak Butuh Uang, Jual Akun YouTube, Kini Syakir Daulay Dipolisikan dan Siap Tuntut Balik
"Yang kita khawatirkan adalah vaksin itu masih satu tahun mungkin baru bisa diviralkan dan kemudian diproduksi dan didistribusi. Semua negara akan rebutan," kata Dino dalam siaran YouTube BNPB Jakarta, Senin (11/5/2020).
Menurut Dino, dari semua negara yang memiliki kasus Covid-18, negara berkembanglah yang bakal mengalami kesulitan untuk mendapatkannya, termasuk Indonesia.
Baca: Harusnya Berakhir 12 Mei, Lockdown Malaysia Diperpanjang sampai 9 Juni. Catatan Baru & Kewajiban
"Jadi kita benar-benar harus mengencangkan diplomasi vaksin. Kalau bisa, kita harus membuat WHO itu platform internasional di mana semua negara dapat bekerja sama. Jangan menjadikan WHO sebagai tempat bersaing secara negatif," ujar eks Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu.
Diaspora Indonesia pun, dikatakan Dino, ikut terdampak oleh COVID-19 di berbagai negara, termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang harus pulang ke Tanah Air karena situasi negara tempat bekerja yang tak memungkinkan.
"Tapi ada juga diaspora Indonesia yang ikut menyumbangkan tenaga dan membantu usaha melawan COVID-19 seperti di dalam negeri. Mereka memberikan sumbangan dan ikut berjuang mencari solusi dalam bentuk penelitian," pungkasnya.