News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Tanggapi Riset LSI Denny JA, Politikus Demokrat: Serahkan Kepada Lembaga Kesehatan yang Kompeten

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas memeriksa suhu badan untuk mendeteksi kemungkinan terkena Virus Corona.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin mengomentari perihal riset LSI Denny JA terkait Indonesia dapat memulai kembali aktivitas bekerja di luar rumah pada Juni 2020.

Didi menegaskan untuk menyerahkan masalah tersebut kepada lembaga kesehatan yang berkompeten.

"Lembaga survey bukan penentu kapan Covid-19 berakhir, kapan aktivitas bisa dimulai atau bahkan PSBB dihentikan. Serahkan saja pada lembaga kesehatan yang punya kompetensi," ujar Didi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (18/5/2020).

Baca: Pemprov DKI Diminta Bersiap Susun Kebijakan Relaksasi PSBB Usai Lebaran

Menurut anggota Komisi XI DPR RI tersebut penting menyerahkan hal ini kepada lembaga kesehatan. Terutama untuk memastikan apakah dampak Covid-19 sudah menurun drastis pada Juni mendatang.

"Sehingga bisa diambil langkah apakah PSBB dihentikan atau sebaliknya perlu tidaknya PSBB diperpanjang lagi. Atau justru dibuka secara bertahap," kata dia.

Didi mengharapkan pandemi Covid-19 di Indonesia untuk segera berakhir karena banyak masyarakat yang menderita dan terdampak.

Oleh karenanya, dia meminta pemerintah untuk transparan dalam menangani penyelesaian Covid-19. Sementara masyarakat untuk selalu mematuhi anjuran pemerintah.

"Pemerintah harus profesional dan transparan sepenuhnya terkait Covid-19 ini. Sementara rakyat harus patuh dan disiplin dalam menjaga social distancing. Maka Insyaallah pandemi ini akan berakhir secepatnya," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi 99 persen kasus virus corona di Indonesia akan berakhir pada bulan Juni 2020 mendatang.
Prediksi tersebut diungkapkan Denny JA merujuk tiga sumber data dan informasi, yakni Worldometer data dunia virus corona, Singapore University of Technology and Design serta berbagai hasil riset lainnya.

Merujuk hal tersebut, riset LSI Denny JA ingin membaca trend data dunia dan Indonesia atas kasus corona.

Baca: 3 Syarat Wajib Zakat Fitrah yang Perlu Diketahui, Berikut Jumlah dan Waktu Pelaksanaannya

"Berbeda dengan umumnya riset LSI Denny JA, riset ini bertujuan mengolah data sekunder. Ia bukan survei opini publik. Yang digali bukanlah persepsi publik atas virus corona," ungkap Denny JS dalam siaran tertulis pada Rabu (29/4/2020).

"Riset ini ingin menjawab apakah dan kapankah puncak pandemik terlampaui. Bisakah kita prediksi kapan pandemik berakhir," tambahnya.

Dengan mengolah data tersebut, ditambah referensi riset lain, LSI Denny JA menyimpulkan tiga hal soal virus corona.

Pertama, sebanyak 99 persen kasus virus corona diyakini selesai sebelum vaksin untuk virus itu ditemukan.

Bulan Juli hingga September 2020 katanya merupakan rentang waktu virus corona tak lagi menjadi masalah bagi dunia.

"Di era itu, yang terpapar virus corona tentu tetap ada. Namun jumlah kasus baru terpapar grafiknya menurun signifikan. Puncak pandemik sudah dilewati," jelas Denny JA.

Kedua, lanjutnya, Indonesia termasuk negara menengah dari sisi kecepatan menyelesaikan kasus virus corona.

Walau begitu, tercapainya penyelesaian 99 persen kasus virus corona di Indonesia diperkirakan jatuh pada bulan Juni 2020.

Baca: Bocah Penjual Jajanan Curhat saat Dihubungi Anggota DPR RI asal Jabar, Akui Sudah Sering Dibully

"Tentu ini dengan asumsi aneka protokol kesehatan yang digariskan WHO dan pemerintah RI dipatuhi. Antara lain social distancing, work from home, larangan mudik, dan sebagainya," jelasnya.

Terakhir, vaksin virus diperkirakan ditemukan sekitar Mei hingga Juli 2021.

Lewat vaksin tersebut, Indonesia amaupun dunia katanya bebas dari virus corona tersebut.

"Ketika vaksin ditemukan, virus corona berubah efeknya hanya seperti penyakit biasa yang tak lagi mematikan," tambahnya.

Ditemukannya vaksin kekebalan untuk virus corona adalah satu- satunya penjamin virus corona bisa ditangani.

Baca: Kuartal I 2020, Produk UMKM di Galeri Indonesia Blibli Meningkat 6 Kali Lipat

Ketika vaksin ditemukan, virus corana hanya menjadi flu biasa yang tak lagi mematikan

Namun sebelum vaksin ditemukan berbagai protokol kesehatan diberlakukan dibanyak negara.

Antara lain menjaga jarak fisik (social distancing, physical distancing), lock-down wilayah dengan segala istilah yang berbeda, work form home, online learning, penggunaan masker, sesering mungkin mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer), dan sebagainya

Data dari worldometer menunjukkan, protokol kesehatan itu efektif bekerja untuk rata rata dunia.

Sebelumnya, penambahan kasus baru yang terpapar grafiknya menanjak signifikan.

Tapi sejak 1 April 2020, penambahan kasus baru terpapar mulai menunjukkan grafik yang landai.

Riset ini menyertakan kasus empat negara, yakni Jerman, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.

"Terbaca di grafik itu, betapa kasus baru harian yang terpapar menurun secara signifikan. Pada empat negara itu, grafik menunjukkan puncak pandemik sudah terlampaui," jelas Denny JA.

Kasus Virus Corona Dunia Tuntas pada Agustus 2020

Lebih lanjut dipaparkannya, Singapore University of Technology and Design mengembangkan model prediksi lebih jauh.

Baca: Catat! 8 Juni, Pusat Perbelanjaan dan Mal di Jakarta Mulai Buka

Trend data dunia itu dibaca dengan menggunakan artificial inteligence atau kecerdasan buatan.

Dari berbagai negara dunia, model itu menyimpulkan 99 persen kasus dunia selesai di bulan Agustus 2020.

Memperkaya riset Singapore University dengan aneka prediksi yang dikembangkan banyak lembaga, LSI Denny JA lebih menyimpulkan rentang waktu Juli - September 2020 sebagai rentang waktu selesainya 99 persen kasus virus corona.

"Kesimpulan ini katakanlah prediksi yang lebih aman karena menggunakan plus minus satu bulan sebagai margin of error dibandingkan yang dinyatakan Singapore University," imbuh Denny JA.

Berdasarkan data Singapore University pula, dalam menangani virus corona untuk mencapai tuntas 99 persen, LSI Denny JA membagi tiga kategori.

Kategori A (penanganan cepat), Kategori B (penanganan menengah), dan Kategori C (penanganan lambat).

Disebut cepat jika 99 persen tuntas itu terjadi paling telat di akhir Mei 2020.

Disebut sedang jika 99 persen tuntas di bulan Juni 2020.

Disebut lambat jika 99 persen tuntas terjadi setelah bulan Juni 2020.

"Indonesia termasuk negara kategori B: menangani virus corona dengan kecepatan menengah. Diprediksi di bulan Juni 2020, virus corona tak lagi menjadi isu besar," jelas Denny JA.

"Kehidupan hampir normal kembali, walau social distancing tetap harus dijaga karena vaksin belum ditemukan," tambahnya.

Baca: Harga Emas Senin, 18 Mei 2020 Naik Jadi Rp 934 Ribu per Gram, Berikut Rinciannya

Serupa dengan Indoenesia, sejumlah negara yang termasuk dalam kategori B antara lain, seperti Singapura, India, Kanada, Iran, dan Denmark.

Sedangkan negara kategori A, antara lain Negara China, Korea Selatan, Jerman, United Kingdom, Malaysia dan Amerika Serikat.

"Negara ini tergolong paling cepat di dunia, di luar China yang menuntaskan virus corona 99 persen," jelas Denny JA.

Sementara itu, negara Kategori C antara lain negara Columbia, Bahrain, Argentina, dan Qatar.

"Kategori cepat lambat itu tak seluruhnya berarti tingkat kemampuan negara menangani virus corona. Ia juga ditentukan oleh lebih awal atau lebih belakangan virus corona menyebar ke negara itu," jelas Denny JA.

Baca: Peringati Hari Buku Nasional, Gramedia Beri Diskon 30 Persen untuk Semua Buku hingga 19 Mei

"Yang dimaksud dengan 99 persen tuntas adalah situasi dimana penambahan kasus baru hari per hari menunjukkan grafik yang konsisten menurun. Tidak berarti tak ada lagi korban baru yang terpapar virus. Namun jumlahnya dilihat dari grafik sudah sangat menurun," tambahnya.

Dipaparkan lebih lanjut, klaim 100 persen virus corona dianggap tuntas hanya dilakukan ketika vaksin ditemukan.

University of Singapore katanya memprediksi 100 persen penuntasan virus corona pada bulan Desember 2020.

Berbeda dengan Univesity of Singapore, LSI Denny JA mendasarkan 100 persen tuntas itu pada penemuan vaksin.

Baca: Nafa Urbach Anggap Nikah Lagi sebagai Hal yang Ribet

"Khusus 100 persen tuntas itu tidak dikembangkan dari model proyeksi data," imbuhnya.

LSI Denny JA mengelaborasi banyak negara dan perusahan besar yang berlomba menemukan vaksin untuk virus corona.

Diprediksi vaksin pertama yang bisa dipakai luas terjadi sekitar Mei-Juli 2021.

"Saat itulah 100 persen virus corona tidak menjadi masalah bagi manusia," jelasnya.

Pengecualian

Walau prediksi yang dibuat LSI Denny JA berdasarkan metode ilmiah, namun model tersebut diungkapkannya dibangun berdasarkan aneka asumsi.

Asumsi yang utama adalah protokol kesehatan yang ditetapkan WHO, pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia katanya harus dipatuhi.

Protokol kesehatan itu antara lain social distancing, physical distancing, menggunakan masker, mencuci tangan, dan lain sebagainya.

Asumsi lain, vaksin ditemukan pertengahan tahun depan jika kecepatan penelitian labolatorium sama seperti yang sekarang terjadi.

Tidak pula lahir mutasi baru virus corona yang kembali menyerang.

"Jika asumsi di atas terlanggar, dengan sendirinya aneka prediksi di atas tak berlaku. Pembaca diharap memberlakukan prediksi itu dengan hati-hati," tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini