News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Pandemi Belum Selesai dalam Waktu Dekat, Menlu Sebut Peran Penting Tokoh Agama Hadapi New Normal

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkapan layar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam Siaran Gugus Tugas Covid-19 Pusat, Senin (11/5/2020)

TRIBUNNEWS.COM - Hingga kini belum ada kepastian kapan pandemi virus corona ini akan berakhir.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi memperkirakan, peperangan terhadap Covid-19 belum akan berakhir dalam waktu dekat.

Meskipun pada saat ini sejumlah negara-negara di Eropa sudah mulai mencatat penurunan kasus poisit Covid-19 yang signifikan.

Namun, di sejumlah negara lain justru mencatatkan peningkatan kasus virus corona.

"Beberapa wilayah yang lain menunjukkan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan."

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2020). (Tribunnews.com/ Larasati Dyah Utami)

"Antara lain Rusia, Brasil, India, Arab Saudi, dan juga kawasan Afrika," kata Retno, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.

Dengan data tersebut, lanjut dia, pandemi virus corona belum akan berakhir dalam waktu dekat.

"Ini menunjukkan bahwa Covid-19 masih belum akan selesai dalam waktu dekat," terang Retno.

Lantaran pandemi belum dapat dipastikan kapan akan berakhir, Retno mengatakan, masyarakat harus dapat membiasakan diri dengan normalitas gaya hidup yang baru atau new normal di tengah pandemi.

Dalam menghadi new normal, lanjut dia, tokoh agama memiliki peran penting dalam memberikan ketenangan dan dukungan spiritual bagi masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Baca: POPULER- Vaksin Belum Ditemukan, Pemerintah Ajak Masyarakat Hidup New Normal di Tengah Corona

ILustrasin virus corona. (kompas)

"Untuk hidup new normal, maka diperlukan ketenangan dan kemenangan psikologis untuk menghadapinya," ungkap Retno, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.

"Di sinilah peran para tokoh adan ulama NU diperlukan dalam memberikan ketenangan dan dukungan spiritual bagis masyarakat," lanjut dia.

Retno menuturkan, peningkatan kasus positif Covid-19 di sejumlah negara turut berpengaruh terhadap kondisi perekonomian global.

Hal ini turut berdampak pada meningkatnya kekhawatiran masyarakat lantaran kondisi tersebut turut berdampak pada kesejahteraan mereka.

Dia mengingatkan, bahwa kekhawatiran berlebihan terhadap situasi pandemi akan mempengaruhi imunitas tubuh seseorang.

Sehingga mereka akan mudah untuk terserang penyakit.

Baca: Sekolah Masuk Lagi Dimulai Juli 2020, Simak Panduan New Normal Cegah Penyebaran Covid-19

"(Oleh karena itu) ketenangan dalam menghadapi pandemi ini diharapkan akan dapat meningkatkan sistem imunitas terhadap virus ini," katanya.

Selain itu, Retno juga mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan pandemi ini serta menenangkan masyarakat.

Menurut dia, di tengah kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, penyebaran arus informasi di tengah masyarakat begitu cepat.

Akan tetapi, tidak jarang informasi yang disampaikan justru tidak tepat dan bisa meningkatkan kekhawatiran bagi masyarakat.

Dampaknya, dapat membuat potensi perpecahan sosial maupun politik kian menguat.

"Kita semua harus menutup semua (potensi) perpecahan yang akan timbul."

"Oleh karena itu saya yakin para pemimpin agama memiliki peran penting untuk memastikan keberlangsungan bangsa ini," jelas Retno.

Warga melintas di kawasan Pasar Baru Trade Center yang masih tutup di Jalan Otto Iskandardinata yang lengang, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/5/2020). Menjelang Idulfitri 1441 H yang tinggal sepekan lagi, Pasar Baru Bandung dan toko-toko di sekitarnya masih tutup karena masih dalam penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Baca: Ketua MPR Dorong Pemerintah Persiapkan SOP Tatanan New Normal

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto meminta masyarakat untuk dapat beradaptasi dengan keadaan normal yang baru (new normal).

Yakni menjalani gaya hidup baru dengan mengedepankan protokol kesehatan, serta terus produktif selama pandemi virus corona.

"Dalam situasi seperti ini, virus corona belum ditemukan vaksin dan obatnya," ujar Yurianto.

Lebih lanjut, Yurianto menuturkan, dengan belum ditemukannya vaksin ini dimaknai bahwa orang itu belum bisa dikebalkan dari Covid-19.

Lantaran belum ditemukan obatnya, lanjut dia, pengobatan terhadap pasien Covid-19 yang dilakukan masih akan menggunakan prosedur yang panjang.

Oleh karena itu, menurut dia, cara yang paling baik dalam mencegah dan memutus penularan Covid-19, yakni dengan menyesuaikan pola hidup di tengah pandemi.

Baca: Jika Tetap Disiplin, Skenario New Normal BUMN Berdampak Positif untuk Ekonomi

"Kita harus mengedepankan pola hidup bersih dan sehat, ini menjadi pedoman dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari."

"Pola hidup ini ditandai dengan satu yakni kita terus menjaga kebersihan tangan kita," terangnya.

Artinya, masyarakat harus rutin mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.

"Ini menjadipenting agar kita dapat terbebas dari cemaran Covid-19 atau penyakit yang lain,"imbuhnya.

Kedua, masyarakat harus mulai membiasakan diri untuk dapat menjaga jarak fisik pada saat kontak dengan orang lain.

"Ini yang kemudian beberapa saat yang lalu kita sebut sebagai physical distancing."

Baca: PKS Sodorkan 4 Syarat Jika Pemerintah Ingin Serius Jalankan Skenario New Normal Covid-19

"Karena kita ingin menghindari percikan droplet dari orang yang sakit," tuturnya.

Selanjutnya masyarakat diwajibkan terbiasa menggunakan masker saat ke luar rumah.

"Karena dengan menggunakan masker kita akan terlindung langsung dari percikan droplet orang yang sedang sakit itu."

"Dan yang lebih penting lagi bagi yang sakit, percikan droplet yang keluar dari mulutnya akan tertahan di masker dan ini akan melindungi orang lain yang sehat," paparnya.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri/Isnaya Helmy Rahma) (Kompas.com/Dani Prabowo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini