Ia mencontohkan, fungsi lain masker bukan hanya dikaitkan sebagai pelindung dari Covid-19.
Tetapi juga sebagai fungsi dalam sisi gaya hidup.
Misalnya masker yang memunculkan bentuk-bentuk kumis lucu seperti yang dikenakan oleh Wali Kota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo.
"Jangan bicara masker dari sisi medis saja."
"Tapi juga masker yang mempunyai sisi sosial seperti itu yang membuat orang lain tertawa," tuturnya.
Baca: Sosiolog: New Normal Hanya Menghaluskan Kata Pelonggaran PSBB
Disamping itu, Bagong juga menyarankan agar masker difungsikan pula agar menjadi identitas sosial.
Misalnya, sekolah-sekolah yang mulai mensosialisasikan penggunaan masker dengan logo sekolahnya sendiri.
"Itu menarik, masker tidak hanya alat medis tapi menjadi identitas sosial."
"Menurut saya kewajiban itu dikemas dalam bentuk seperti itu, supaya seseorang tidak merasa (memakai masker, red) ini beban," ungkap Bagong.
Lebih lanjut, Bagong juga mencontohkan perlunya peran-peran dari tokoh publik yang digemari masyarakat.
Baca: Dokter Reisa Bagi TrikĀ Aman Saat Mulai Produktif, Lakukan Hal Ini Saat Pulang dari Tempat Kerja
Bagong mencontohkan tokoh Rangga dalam film Ada Apa dengan Cinta (AADC) yang mampu menggaet audiencenya.
"Gaya Rangga yang senang membaca buku filsafat itu bagi sebagian anak muda ditiru."
"Mereka merasa kalau membaca buku filsafat itu bakal sekeren rangga dalam AADC," kata Bagong.
Oleh karena itu, pentingnya melibatkan tokoh publik atau influencer dalam menggalakkan kewajiban protokol kesehatan.
"Dikemas dalam konteks lucu dan tidak menggurui itu penting."
"Kalau orang diberitahu setiap hari pakai masker berbahaya, lama-lama tidak mau mengerti," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)