TRIBUNNEWS.COM- Para pejuang Covid-19 memiliki seribu cerita suka dan duka selama pandemi ini.
Termasuk seorang dokter di Puskesmas Jatiranggon Kota Bekasi.
Petugas medis bahkan sempat menggunakan jas hujan pengganti hazmat.
Pandemi virus corona masih menjadi masalah serius yang dihadapi oleh negara di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Dalam 24 jam terakhir, hingga Rabu (1/7/2020) sore, terdapat penambahan 1.385 kasus baru.
Kini total kasus positif Covid-19 di Indonesia naik menjadi 57.770.
Angka penambahan pasien baru corona di Indonesia terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Saat ini, tenaga medis masih berjuang di garis depan untuk melawan pandemi ini.
Baca: Cerita Dokter Indira di Tengah Corona, Sempat Cemas hingga Bahagia saat Pasien Akhirnya Bisa Sembuh
Baca: Tangisan Dokter Ahli Petir ITB Penemu Ventilator Rp 18 Juta: Sofa Hitam Jadi Teman Setia
Baca: Minum Kopi Bagi Ibu Hamil Bolehkah? Dokter Jelaskan Cara Aman Mengonsumsinya
Hal ini juga dilakukan oleh seorang dokter yang bertugas di Puskesmas Jatiranggon Kota Bekasi, dr. Indira Oki Setiawati.
Tiga bulan lalu saat kasus pertama muncul di Indonesia, dokter Indira sempat mengalami ketakutan tersendiri.
Hal ini lantaran minimnya informasi mengenai virus corona.
Namun hal itu, kini sudah tak berlaku lagi.
Kekurangan APD juga sempat dialami di Puskesmas tempatnya bekerja.
Bahkan saat itu, dokter Indira harus menggunakan jas hujan selama kurang lebih dua minggu.
"Jadi dua minggu pertama kita praktik pakai jas hujan. APD ada tapi sangat terbatas," katanya.
Saat itu, APD hanya digunakan untuk kunjungan ke rumah ODP atau untuk mengevakuasi pasien.
Setelah dua minggu pertama, diakui dokter Indira kebutuhan APD sudah mencukupi.
Pemerintah saat ini tengah mengusung konsep new normal atau tatanan kehidupan baru.
Masyarakat mulai diperbolehkan melakukan aktivitas dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Saat ditanya bagaimana kesadaran masyarakat di tengah pelonggaran PSBB dan pengusungan konsep new normal, dokter Indira membaginya dalam dua kelompok.
Ada kelompok masyarakat yang masih waspada.
"Dia menganggap new normal itu bukan kembali ke normal, tapi suatu normal baru," katanya.
Orang-orang tersebut cenderung tetap mematuhi aturan seperti menggunakan masker, jaga jarak dan tetap di rumah saja.
Sementara beberapa orang juga merasa new normal merupakan kembali ke normal yang dulu.
"Mereka nggak pakai masker, main, jalan-jalan," katanya.
Dokter Indira bahkan juga mengaku prihatin terhadap orangtua yang membawa anak kecilnya keluar jalan-jalan.
Sementara itu, menanggapi lonjakan kasus setiap harinya, dokter Indira mengaku sedih.
"Sedih ya, sedih banget," katanya.
Terlebih kini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang tertular Covid-19.
Dokter Indira berharap agar masyarakat lebih bisa menahan diri untuk tetap di rumah.
"Apa sih susahnya menahan nafsu untuk keluar yang nggak penting. Saya menyayangkan yang keluar untuk olahraga di tempat keramaian, ada yang sudah melaksanakan hajatan besar, nongkrong di cafe," katanya.
Ia mengaku mirip, sementara banyak dari rekan-rekan seprofesinya harus menjadi korban Covid-19.
Dokter Indira berharap agar masyarakat tetap mematuhi aturan pemerintah seperti menggunakan masker hingga menjaga jarak.
"Tetap menggunakan masker dimanapun. Saya akui pakai masker itu engap."
"Tapi demi kesehatan kita sendiri dan keluarga kita. Tetap jaga jarak, kurangi keluar rumah kalau memang nggak butuh-butuh banget," pesannya.
(Tribunnews.com/Miftah)