Atau sebuah protein pada reseptor virus dapat menempel pada reseptor sel inang dan menembus sel.
Di dalam sel inang, virus mulai bereplikasi hingga membunuh sel.
Ini pertama kali terjadi di saluran pernapasan bagian atas, yang meliputi hidung, mulut, laring, dan bronkus.
Pasien mulai mengalami versi ringan dari gejala yakni batuk kering, sesak napas, demam dan sakit kepala dan nyeri otot dan kelelahan, sebanding dengan flu.
Dr Pragya Dhaubhadel dan Dr Amit Munshi Sharma, spesialis penyakit menular di Geisinger, AS mengatakan beberapa pasien telah melaporkan gejala gastrointestinal seperti mual dan diare, namun itu relatif tidak umum.
Gejala menjadi lebih parah begitu infeksi mulai membuat jalan ke saluran pernapasan bagian bawah.
Baca: UPDATE Corona Indonesia Kamis, 18 Juni 2020: 10 Provinsi Ini Tak Ada Penambahan Kasus Positif
Pneumonia dan penyakit autoimun
WHO melaporkan bulan lalu sekitar 80% pasien memiliki penyakit ringan sampai sedang akibat infeksi virus corona.
Kasus COVID-19 "ringan" termasuk demam dan batuk yang lebih parah daripada flu musiman tetapi tidak memerlukan rawat inap.
Pasien yang lebih muda memiliki respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan pasien yang lebih tua.
13,8% kasus parah dan 6,1% kasus kritis disebabkan oleh virus yang menuruni batang tenggorokan dan memasuki saluran pernapasan bawah, di mana ia tampaknya lebih suka tumbuh.
"Paru-paru adalah target utama," kata Hirsch.
Ketika virus terus bereplikasi dan perjalanan lebih jauh ke tenggorokan dan masuk ke paru-paru, itu dapat menyebabkan lebih banyak masalah pernapasan seperti bronkitis dan pneumonia, menurut Dr Raphael Viscidi, spesialis penyakit menular di Johns Hopkins Medicine.
Pneumonia ditandai oleh sesak napas yang dikombinasikan dengan batuk dan memengaruhi kantung udara kecil di paru-paru, yang disebut alveoli, kata Viscidi.
Di mana alveoli adalah tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.