TRIBUNNEWS.COM - Studi vaksin Covid-19 fase 3 yang dikembangkan National Institutes of Health dan Moderna berlangsung mulai Senin (27/7/2020) ini.
Mengutip dari CNBC, uji klinis vaksin Covid-19 digadang-gadang sebagai studi terbesar di dunia karena melibatkan 30.000 sukarelawan.
Tujuan dari studi vaksi Covid-19 fase tiga ini untuk mengevaluasi keamanan vaksin Moderna/NIH.
Selain itu juga untuk mencari jawaban tentang keampuhan vaksin mencegah gejala Covid-19 setelah dua dosis suntikan dan perkembangan lainnya.
Para relawan akan menerima dua kali dosis, per-dosisnya 100 mikrogram, atau plasebo dengan jarak 28 hari.
Baca: Fakta Baru Soal Vaksin Corona di Indonesia: Relawan Dapat Asuransi Hingga Kekhawatiran Anggota DPR
Baca: Soal Vaksin Corona, Anggota DPR Khawatir Akan Dijadikan Bisnis Pemerintah Indonesia dan China
Relawan tidak akan tahu apakah mereka mendapatkan suntikan vaksin asli atau versi tiruan.
Setelah dua dosis, para ilmuwan akan melacak kelompok mana yang mengalami lebih banyak infeksi ketika relawan menjalani rutinitas harian, terutama di daerah dengan tingkat infeksi tinggi.
"Sayangnya untuk Amerika Serikat, kami memiliki banyak infeksi saat ini," ujar Anthony Fauci, ahli penyakit menular top AS.
Beberapa vaksin yang dibuat China dan Universitas Oxford Inggris awal bulan ini juga memulai tes tahap akhir.
Namun keduanya dalam lingkup yang kecil, seperti di Brasil dan negara yang terpuruk dengan pandemi.
Namun AS membutuhkan tes vaksin sendiri dengan standar yang disesuaikan.
Baca: Vaksin Pertama Covid-19 Diperkirakan Paling Cepat Digunakan Awal 2021
Biasanya dibutuhkan bertahun-tahun untuk membuat vaksin baru dari awal, tetapi para ilmuwan berhasil bergerak cepat kali ini.
Tentunya hal ini didorong oleh kesadaran dan pengetahuan bahwa vaksinasi adalah harapan terbaik dunia melawan pandemi.
Virus corona bahkan belum disadari sebelum akhir Desember, dan ilmuwan mulai meramu vaksin pada 10 Januari ketika China berbagi urutan genetik virus.