Sementara persentase kasus dokter meninggal terendah ada di Bali yaitu 3 persen.
Terkait banyaknya kematian dokter itu, IDI menuntut sejumlah hal agar kematian dokter bisa dicegah.
Baca: Empat Anak Novel Baswedan Positif Covid-19, Hasil Tes Swab Sang Istri Masih Belum Diketahui
Yang pertama, IDI meminta Satgas Covid-19 dan Kemenkes memastikan
ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang baik.
"Yang kedua, rumah sakit melakukan penjadwalan jaga petugas kesehatan agar petugas kesehatan tidak kelelahan dan berisiko tertular," kata Daeng.
Tak hanya itu, IDI juga meminta rumah sakit memberlakukan kebijakan khusus terhadap petugas kesehatan yang memiliki komorbid. Mereka diminta untuk sementara tidak praktik atau kalau terpaksa, jadwalnya harus sangat dibatasi.
"Rumah sakit didorong melakukan pemeriksaan PCR rutin kepada petugas kesehatan agar terpantau ketat dan
tidak terjadi penularan luas di rumah sakit," tutur dia.
"Semua pihak seharusnya bergotong royong untuk mensupport rumah sakit agar mampu melaksanakan 4 hal di atas," ujar dia.
Meski demikian, Daeng juga tetap mengajak para dokter dan tenaga kesehatan untuk
tetap komitmen mengabdi pada kemanusiaan.
"Semoga perjuangan kawan-kawan kita yang gugur mengilhami dan menjadi tauladan bagi kita semua agar tetap komitmen menjalankan pengabdian kepada kemanusiaan," kata Daeng.
Kerugian SDM
Anggota Komisi IX DPR Muchmad Nabil Haroen mengaku bersedih mendengar kabar
100 dokter gugur karena menjalankan tugasnya menangani pandemi Covid-19.
"Kematian memang takdir Allah, tapi manusia juga bisa berusaha untuk mengurangi
resiko sakit dengan pencegahan," ujar Nabil kepada wartawan, Jakarta, Senin (31/8).
Menurut Nabiel, pencegahan penuluran Covid-19 kepada tenaga medis sangat penting, di mana para dokter berjuang di garda depan dalam menangani pasien yang dirujuk ke rumah sakit.
Baca: Empat Anak Novel Baswedan Positif Covid-19, Hasil Tes Swab Sang Istri Masih Belum Diketahui
"Meninggalnya dokter tidak hanya membawa kabar sedih bagi keluarga,
bagi kita semua, tapi juga kerugian SDM besar bagi Indonesia," ucap politikus PDIP itu.
Melihat kondisi tersebut, Nabil meminta Kementerian Kesehatan mengevaluasi
komunikasi publiknya agar tidak mengecewakan para dokter.