TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Prof Budi Haryanto menyoroti soal jumlah kasus Covid-19 yang semakin meningkat dalam dua-tiga hari terakhir.
Menurutnya, selain disiplin protokol kesehatan yang perlu diperhatikan, persoalan contact tracing juga masih sangat terbatas.
"Banyak kontak erat yang lolos dari tracing. Jelas potensial berisiko menularkan ke yang lain saat kendurnya protokol kesehatan," katanya kepada Tribunnews, Sabtu (12/9/2020).
Dari sana, Budi menyebut jumlah laboratorium pemeriksaan PCR pun belum memadai, karena masih saja hasil testing perlu waktu lebih dari 5 hari.
"Kalau bisa hasilnya diperoleh hanya dalam 2 hari misalnya, maka contact tracing bisa dilakukan lebih efektif (pasien masih ingat ketemu dan kontak dekat dengan siapa saja), dan testing bisa fokus kepada kontak erat yang terus dilakukan isolasi. Ini akan berefek pada tidak bergeraknya kontak erat dan tidak menambah kontak erat baru," katanya.
Baca: Update 12 September: 1.686 Pasien Positif Covid-19 Dirawat di RSD Wisma Atlet
Bahkan, test PCR yang dilakukan pemerintah setempat, kata Budi, distribusinya juga tidak proporsional.
"DKI Jakarta bisa empat sampai lima kali standard minimal WHO, sementara wilayah lain masih berat untuk sampai ke standard WHO saja," ujar Budi.
Jika hal-hal tersebut tidak segera dilakukan, Budi memprediksi di akhir Oktober total terkonfirmasi Covid-19 akan tembus 40) ribu, memgingat saat ini sudah 210 ribu yang tercatat totalnya.
Hal itu dia katakan mengacu kepada prediksi MIT yang menyebut bahwa Indonesia akan mencapai 200 ribu kasus pada 31 Agustus, meskipun prediksi MIT meleset 7 hari.
"Apa hanya mau nunggu bahwa prediksi itu benar?" pungkasnya.