News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Anak Batuk Pilek Saat Pandemi, Bagaimana Mendeteksi Terpapar Covid-19 atau Tidak? Ini Kata Dokter

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

batuk pilek anak

Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat pandemi covid-19 yang belum berakhir sampai sekarang ini, tak jarang banyak orangtua yang ekstra ketat menjaga kesehatan sang buah hati.

Tak jarang pula, ketika si kecil mengalami batuk dan pilek di masa pandemi corona lantas membuat orangtua paranoid alias ketakutan.

Padahal, saat tidak pandemi pun, anak rentan mengalami batuk dan pilek.

Menurut Dr. Cynthia Rindang Kusumaningtyas, Sp.A Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Puri Indah, batuk dan pilek dengan atau tanpa demam merupakan tanda adanya infeksi saluran napas yang dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman, termasuk virus Covid-19.

Lantas, bagaimana mengenali jika batuk dan pilek pada anak ini bukanlah akibat virus corona?

"Saat anak masih tampak aktif dan masih mau makan dan minum, maka orangtua dapat melakukan observasi kondisi anak di rumah saja terlebih dahulu," jelasnya.

Baca juga: Batuk, Pilek dan Mual, 15 Santri di Ponpes Darus Ilmi Bintan Positif Covid-19, Kini Diisolasi

Baca juga: Sejumlah Warga di Bali Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa, Tak Ada Batuk atau Demam

Mengompres menggunakan air dingin tidak akan efektif menurunkan suhu tubuh saat anak demam (Istimewa)

Bawa ke Dokter Jika Hal Ini Terjadi

Namun, bila demam si kecil berlangsung lebih dari tiga hari, anak mulai tampak lemas dan sulit diberi asupan mulai lah waspada.

Apalagi jika mulai terlihat sesak napas, atau bibirnya kebiruan.

Sebaiknya anak dibawa ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

Trik Menjaga Kondisi Anak Saat Batuk Pilek
Selama di rumah saja, pastikan si kecil tetap merasa nyaman meski sedang tidak fit.

Cara berikut bisa dilakukan:

• Pastikan asupan cairan lebih banyak untuk membuat dahak menjadi lebih encer sehingga mudah dikeluarkan
• Buatlah suhu ruangan cukup hangat dan lembap agar anak bisa bernapas lebih lega
• Saat anak tidak mengalami demam, jemur di bawah matahari pagi juga dapat membantu proses penyembuhan
• Penggunaan larutan garam steril tetes/semprot serta balsam bayi juga dapat membantu membuka hidung yang tersumbat
• Selain parasetamol, kompres hangat juga dapat dilakukan untuk membantu menurunkan suhu badan anak.

Seorang anak mencuci tangan menggunakan wastafel kran injak PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) yang terdapat di Rusunawa Pesakih, Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (15/10/2020). Menyambut hari cuci tangan sedunia yang jatuh setiap 15 November, Palyja membagikan westafel kran injak di 13 kelurahan dan 4 rumah susun di Jakarta. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Mengenalkan Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan penularan berbagai penyakit terutama Covid-19 juga harus dilakukan.

Disaranka agar anak tetap berada di rumah dan hindari tempat-tempat umum atau keramaian.

Ajari si kecil untuk rajin mencuci tangan, dan kenakanlah masker saat harus melakukan aktivitas di luar rumah.

Faktor Risiko Anak Terinfeksi Covid-19

Banyak yang positif Covid-19 namun tidak menunjukkan gejala yang signifikan atau dikenal orang tanpa gejala (OTG).
Orang tersebut tetap dapat menularkan virus melalui percikan/droplets saluran napas dari mulut maupun hidungnya saat ia sedang berbicara, tertawa, bersin, atau batuk.

Percikan yang mengandung virus dapat terhirup oleh orang lain yang berjarak 1-2 meter di sekitarnya. Itulah mengapa penting 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Namun menerapkan 3M pada anak bukan perkara yang mudah.

Semakin lama dan semakin dekat jarak anak saat berinteraksi dengan orang lain akan meningkatkan risiko anak terinfeksi.

Apalagi bila anak berada di dalam ruangan tertutup, karena lebih sulit menjaga jarak dengan orang lain di sekitarnya.

Selain itu, ventilasi udara di dalam ruangan tertutup juga tidak sebaik pertukaran udara di ruangan terbuka.

"Bagi anak, terutama balita, tentunya akan sangat sulit untuk memberikan pengertian agar mereka tetap diam di satu tempat dan menjaga jarak minimal dengan orang lain di sekitarnya. Hal yang juga akan sukar dilakukan adalah melarang anak untuk tidak menyentuh berbagai barang di sekitarnya karena kelompok usia ini memang sedang senang melakukan eksplorasi berbagai hal baru yang ditemuinya," tutur dr Cynthia kepada Warta Kota, Kamis (22/10/2020).

Selain itu, menjaga agar anak tidak sering menyentuh mata, hidung dan mulutnya selama berada di luar rumah akan menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga, terutama saat anak harus menggunakan masker.

Oleh sebab itu, tetap berada di rumah selama masa pandemi ini tetap merupakan rekomendasi utama dalam era new normal terutama bagi kelompok usia anak.

(*/Lis)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini